PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Teori pendidikan merupakan landasan dalam
pengembangan praktik-praktik pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum,
proses belajar mengajar dan manajemen sekolah. Suatu kurikulum dan rencana
pembelajaran disusun dengan mengacu pada teori pendidikan (Kadir., dkk,
2012:141).
Terdapat empat teori
pendidikan yaitu teori pendidikan klasik, teori pendidikan personal, teknologi
pendidikan, dan teori pendidikan interaksional yang didasari berbagai aliran
filsafat klasik dan teori-teori belajar menurut para ahli. Dalam makalah ini
akan dibahas tentang teori pendidikan berdasarkan aliran-aliran fisafat dan
teori-teori belajar menurut para ahli.
Rumusan
Masalah
1.
Apa dasar teori pendidikan?
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui dasar teori pendidikan
berdasarkan aliran-aliran filsafat.
2.
Untuk mengetahui teori-teori belajar
menurut para ahli.
PEMBAHASAN
Definisi Teori
Teori adalah sebuah
sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan memprediksi (Sagala, 2006:4).
Definisi Pendidikan
Pendidikan ialah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta
pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal, Mudyaharjo dalam Sagala (2006:3).
Definisi Teori Pendidikan
Sagala (2006:4), mengatakan bahwa teori
pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan
prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang
berperan sebagai asumsi pemikiran pendidikan dan ada yang beperan sebagai
definisi menerangkan makna.
Asumsi pokok pendidikan adalah
pendidikan adalah aktual artinya pendidikan bermula dari kodisi-kondisi aktual
dari individu yang belajar dan lingkungan belajarnya, pendidikan adalah
normative artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik, dan
pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan artiya pendidikan berupa
serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang
belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapakan.
Teori-teori Pendidikan
Ada
empat teori pendidikan yaitu:
1.
Teori Pendidikan Klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan
pada filsafat klasik, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya
memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini
lebih menekankan perenan isi pendidikan dari pada proses. Dalam praktiknya,
pendidik memiliki peranan lebih besar dan lebih dominan, sedangkan peserta
didik memiliki peran yang pasif sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari
pendidik.
Teori ini berlandaskan aliran
filsafat essensialisme, perenialisme dan eksistensialisme. Filsafat pendidikan
essensialisme dengan tokohnya Brameld bertitik tolak dari kebenaran yang telah
terbukti berabad-abad lamanya, kebenran esensial ialah kebudayaan klasik yang
muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku klasik yang dikenal dengan Great Book. Penekanannya adalah pada
pembentukan intelektual, logika dan kedisiplinan. Pelajaran sangat berstruktur
dengan materi pewarisan budaya dan pengajarannya berpusat pada guru.
Filsafat perenialisme menyatakan bahwa
kebenaran ada pada wahyu Tuhan, ajaran agama merupakan suatu kebenaran yang
patut dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tokohnya filsafat
ini adalah Agustinus dan Thomas Aquino.
Filsafat eksistensialisme berpendapat
bahwa kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri.
Kebenaran menurut aliran filsafat ini adalah bergantung pada keputusan orang
itu sendiri. Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran
individu, memberi kesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangan
pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab sendiri dan mengembangkan komitmen
sendiri.
Materi pelajaran ditekankan pada
kebutuhan langsung dalam kehidupan manusia dan harus memberi kesempatan aktif
sendiri, merencanakan dan melaksanakan sendiri baik individu maupun kelompok.
Guru harus bersifat demokratis dengan teknik mengajar tidak langsung dan
peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuiai dengan perbedaan individual
mereka.
Artinya terdapat perbedaan penekanan
dari aliran-aliran filsafat yang disebutkan diatas, yaitu essensialisme
berdasarkan pada logika dan sifatnya objektif, perenialisme menekankan pada
kebenaran berdasarkan wahyu dan sifatnya mutlak (tidak dapat dibantah walaupun
itu logis atau tidak logis), sedangkan eksistensialisme tergantung pada
eksistensi atau keberadaan manusia itu sendiri dan sifatny subjektif.
2.
Teori Pendidikan Personal
Teori pendidikan ini berasumsi bahwa
sejak anak dilahirkan, anak tersebut telah memiliki potensi-potensi tertentu.
Pendidikan seyogyanya dapat mengembangkan potensi-potensi tersebut. Hal ini
berarti peserta didik adalah pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik
sebagai pembimbing, motivator, fasilitator serta melayani peserta didik.
Teori pendidikan ini berlandaskan
filsafat progresivisme dan filsafat romantic. Filsafat progresivisme dengan
tokoh pendahulunya, Francis Parker dan John Dewey memandang bahwa peserta didik
merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman
peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kurikulumnya
adalah kehidupan itu sendiri, artinya kurikulum tidak dibatasi pada hal-hal
yang bersifat akademik saja, karena semua pengetahuan adalah merupakan produk
berpikir melalui pengalaman. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan
membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya
masing-masing.
Teori pendidikan romantik berawal dari
pemikiran J.J Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam
keadaan fitrah, memiliki nurani kejujuran, kebeneran dan ketulusan dan siap
diisi dengan pengetahuan-pengetahuan.
3.
Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan merupakan suatu
konsep pendidikan yang memiliki persamaan dengan pendidikan klasik tentang
peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi namun terdapat perbedaan yaitu
dalam pedndiikan ini pembentukan dan
penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis lebih diutamakan.
Isi pendidikan disusun dalam bentuk
desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan media elektronika,
dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk
menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien. Keterampilan
barunya segera digunakan dalam masyarakat, sedangkan pendidik berfungsi sebagai
direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan
pendalaman bahan.
Teori ini merupakan teori pendidikan non-klasik, karena melibatkan
teknologi dalam prosesnya seiring perkembangan zaman.
4.
Teori Interaksional
Pendidikan Interaksional yaitu suatu
konsep pendidikan yang berttik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk
sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerjasama dengan manusia lainnya.
Dalam pendidikan ini tidak hanya menekankan interaksi antara peserta didik dan
pendidik, akan tetapi juga peserta didik dengan materi pembelajaran dan
lingkungan, yaitu antara pemikiran manusia dengan lingkungannya.
Peserta didik mengadakan pemahaman
eksperimental dari fakta-fakta yang ada, memberikan interprestasi yang bersifat
menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang
melandasinya dalah filsafat rekonstruksionisme yang merupakan variasi dari
progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki
(Callahan, 1983). Dengan mengkontruksi kembali kehidupan manusia secara total,
dengan merombak tata susunan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup
yang baru melalui lembaga dan proses pendidikan.
Teori – Teori Pendidikan yang lain
adalah:
1. Empirisme
Tokoh utama aliran ini adalah John
Locke (Inggris; 1632-1704). Teori ini beranggapan bahwa keberhasilan
seorang anak itu ditentukan oleh pengalaman dan lingkugannya, dan faktor
pembawaan berupa bakat dari lahir tidak berpengaruh sama sekali. Yang dikenal
dengan teori Tabula Rasa yaitu setiap anak
terlahir di dunia dalam keadaan putih bersih bagaikan tabula rasa, selanjutnya
lingkunganlah (pengalaman empirik) yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
2.
Nativisme
Tokoh utama aliran ini adalah
Schopenhauer (Jerman; 1788-1880). Nativus
berarti bakat , teori ini beranggapan bahwa perkembangan seorang anak
ditentukan oleh faktor pembawaan dari lahir, yang merupakan faktor keturunan
dari orang tuanya. Sedangkan faktor lingkungan tidak berpengaruh sama sekali.
3.
Konvergensi
Tokoh utama aliran ini adalah William Stern (1871-1939).
Teori ini merupakan perpaduan antara teori empirisme dan nativisme, bahwa
perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan dari lahir sebagai
bakat dan faktor lingkungan sebagai pengaruh perkembangannya. Teori ini
beranggapan bahwa faktor pembawaan dari lahir dan lingkungan sama pengaruhnya
dalam hasil pendidikan seorang anak.
4. Naturalisme
Dipelopori oleh JJ. Rousseau (Perancis; 1712-1778). Teori ini juga disebut dengan
Negativisme karena beranggapan bahwa seorang anak dilahirkan dengan pembawaan
yang baik, namun pembawaan yang baik ini dapat rusak karena dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Sehingga pendidik diharapakan dapat menyediakan lingkungan
belajar yang menyenangkan dan mampu mendorong keberanian anak
didik kearah pandangan yang positif.
5.
Kognitif
Teori Kognitif berasumsi bahwa setiap
orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang dimilikinya (Budiningsih, 2004:51). Artinya proses
belajar berjalan dengan baik jika materi pelajaran beradaptasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki oleh orang tersebut. Adapun tiga pakar teori
kognitif yaitu:
a. Teori
Perkembangan Piaget
Dikembangkan oleh Jean Piaget ( Swiss,
1896-1980 ), menurut piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf (Budiningsih, 2004:35). Artinya peningkatan
kemampuan sesorang sesuai dengan usianya. Piaget menyatakan bahwa perkembangan
kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seseorang dan proses belajar akan terjadi jika melalui tahap
asimilasi, akomodasi, dan enquilibrasi. Asimilasi merupakan proses penyatuan
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu,
akomodasi merupakan poses penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang
baru, dan enquilibrasi merupakan proses penyeimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan menjadi empat yaitu tahap
sensorimotor (usia 0-2 tahun), tahap preoperasional (usia 2-7/8 tahun), tahap
operasional konkret (usia 7/8 -11/12 tahun), tahap operasional formal (usia
11/12-18 tahun).
b. Teori
Belajar menurut Brunner
Brunner mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2004:41). Artinya
belajar lebih ditentukan dengan mengatur, menyimpan informasi dan menanggapi
suatu rangsangan dengan baik. Proses belajar terjadi jika melalui tahap
enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif merupakan tahap dimana seorang
anak memahami lingkungan sekitarnya dengan kegiatan-kegiatan (pengetahuan
motorik), tahap ikonik merupakan tahap dimana seorang anak memahami
lingkungannya dengan sebuah perumpamaan dan perbandingan misalnya dengan
gambar-gambar, tahap simbolik merupakan tahap dimana saat seseorang telah
memiliki ide abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuan bahasa dan berpikir logis.
c. Teori
Belajar Bermakna Ausubel
Ausubel mengatakan bahwa proses belajar
terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan pengetahuan baru (Budiningsih, 2004:51). Proses belajar akan
terjadi jika melalui tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus,
menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Aplikasi teori kognitif dalam kegiatan
pembelajaran yaitu bahwa siswa melalui tahap-tahap tertentu dalam perkembangan
kognitifnya, benda-benda nyata dapat membantu anak-anak usia dini dalam belajar
dengan baik, proses asimilasi dan akomodasi dapat berjalan dengan baik dengan
cara melibatkan siswa secara aktif, menarik minat siswa dengan menghubungkan
pengalaman dengan struktur kognitif yang dimilkinya, pemahaman dalam belajar
jika materi belajar disusun dengan menggunakan pola tertentu, memahami materi
pelajaran akan lebih bermakna daripada menghafal, dan memerhatikan perbedaan
karakteristik siswa karena sangat mempengaruhi hasil belajar.
6.
Humanistik
Teori humanistik berpendapat bahwa
belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu
sendiri (Budiningsih, 2004:68). Artinya tujuan belajar adalah memanusiakan
manusia, siswa yang mampu memahami dirinya sendiri serta lingkungan sekitarnya
adalah siswa yangberhasil dalam belajar. Teori ini dapat memanfaatkan teori
lainnya agar dapat mencapai tujuan sehingga sifatnya cenderung elektif. Adapun
tokoh yang menganut teori humanistik adalah:
a.
Pandangan Kolb terhadap belajar
Kolb membagi tahap-tahap belajar menjadi
tahap pengalaman konkret yaitu merupakan tahap paling awal dalam belajar dimana
sesorang hanya dapat merasakan kejadian yang dialaminya apa adanyari
jawaban, tanpa dapat memahami dan
menjelaskan kejadian tersebut, tahap pengamatan aktif dan reflektif merupakan
tahap kedua dalam belajar dimana
seseorang telah berusaha memikirkan dan mencari jawaban serta merefleksi
pertanyan-pertanyaan terhadap hal yang dialaminya, tahap konseptualisasi
merupakan tahap dimana seseorang mulai berusaha untuk mengkonsep dan
mengembangkan teori dan tahap eksperimentasi aktif dimana seseorang telah dapat
mengaplikasikan teori-teori dalam situasi yang nyata.
b.
Pandangan Honey dan Mumford dalam
belajar
Honey dan Mumford membagi orang yang
belajar kedalam empat golongan yaitu kelompok aktivis yaitu orang senang
mendapat pengalaman baru dengan berpartisipasi dalam segala aktivitas, kelompok
reflektor yang cenderung bersifat konservatif sehingga orang-orang di kelompok
ini penuh pertimbangan dalam melakukan suatu tindakan, kelompok teroris
merupakan orang-orang yang tidak mudah terpengaruh, mereka berpikir rasional
dan sangat kritis dan yang terakhir kelompok pragmatis yang merupakan
orang-orang yang bersifat praktis, dimana sesuatu akan berguna jika dapat
dipraktikkan.
c.
Pandangan Hubermas terhadap belajar
Hubermas berpendapat bahwa belajarakan
terjadi jika ada interaksi antara manusia dan lingkungannya baik itu lingkugan
alam dan lingkungan sosial. Hubermas membagi tipe belajar menjadi tiga yaitu
belajar teknis yang merupakan bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan
baik dengan lingkungan alam, belajar praktis yang merupakan bagaimana seseorang
dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sosialnya, dan belajar
emansipatoris yang menekankan pada usaha sesorang dalam mencapai suatu
pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya transformasi budaya dalam
lingkungan sosialnya.
d.
Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap
belajar
Tujuan belajar dirangkum dalam tiga
kawasan yang disebut dengan taksonomi bloom, yaitu domain kognitif
(pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), domain
psikomotorik (peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, dan naturalisasi),
dan domain efektif (pengenalan, merespon, penghargaan, pengorganisasian, dan
pengalaman).
Aplikasi teori belajar humanistik dalam
praktiknya cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan
pengalaman, dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
7.
Konstruksivistik
Pandangan konstruktivisme mengemukakan
bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya
melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur
kognitifnya (Budiningsih, 2004:64). Siswa diharapkan mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, dalam kegiatan belajar guru mengarahkan siswa sehingga
terjadi kegiatan konstruksi pengetahuan. Artinya dengan membebaskan siswa dlam
berpikir dan mengembangkan gagasannya.
8.
Behavioristik
Meurut teori behavioristik, belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya inetraksi antara
stimulus dan respon. Artinya seseorang dinyatakan belajar jika tingkah lakunya
menunjukkan perubahan. Adapun tokoh-tokoh teori behavioristic adalah:
a.
Teori Belajar menurut Thorndike
Belajar adlah proses inetraksi antara
stimulus dan respon, dan disebut juga dengan teori koneksionisme
b.
Teori Belajar menurut Watson
Belajar adalah proses inetraksi antara
stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur
c.
Teori Belajar menurut Clark Hull
Clark Hull menggunakan variabel
interaksi antara stimulus dan respon namun terpengaruh oleh teori evolusi,
dimana semua fungsi tingkah laku bermanfaat untuk menjaga kelangsungan hidup
manusia.
d.
Teori Belajar menurut Edwin Guthrie
Edwin Guthrie juga menggunakan variabel
interaksi stimulus dan respon, namun sifatnya hanya sementara, maka dari itu
peserta didik seharusnya diberi stimulus sesering mungkin agar interaksi antara
stimulus dan respon bersifat tetap. Guthrie juga berpendapat bahwa hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan dapat merubah kebiasaan dan perilaku
seseorang.
e.
Teori Belajar menurut Skinner
Teori Skinner adalah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori behavioristik dimana program-program
pembelajaran sperti Teaching Machine,
Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor
penguat (Budiningsih, 2004:24).
KONSTRIBUSI TEORI DALAM PENDIDIKAN
1.
Faktor lingkungan dan faktor bawaan harus lebih diperhatikan dalam proses
pendidikan karena keduanya sangat berpengaruh dalam hasil pendidikan.
2.
Pendidik diharapkan dapat menyediakan lingkungan yang bisa merubah
faktor-faktor tersebut kearah yang lebih baik.
3.
Dengan adanya teknologi pendidikan maka diharapkan dapat mendorong peserta
didik agar berhasil dalam belajar.
HUBUNGAN ANTARA TEORI DAN KONSEP
Fakta
→ Konsep → Prinsip → Teori → Ilmu
Fakta (sebagai data) dasar dari sebuah
konsep, dengan kata lain konsep merupakan bayangan atau abstraksi dari sebuah
fakta dilambangkan dengan sebuah definisi atau istilah dan konsep sifatnya
variabel. Gabungan dari konsep-konsep yang saling berhubungan akan menjadi
sebuah prinsip yang didalamnya terdapat hukum dan asumsi dasar. Kumpulan dari
konsep dan prinsip yang telah terbukti kebenarannya secara empiris akan
menghasilkan sebuah teori. Kumpulan dari teori-teori yang telah diteliti akan
membentuk sebuah ilmu.
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Teori pendidikan adalah sebuah sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan
dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang
berperan sebagai asumsi pemikiran pendidikan dan ada yang beperan sebagai
definisi menerangkan makna.
2. Teori pendidikan ada empat yaitu
Teori Pendidikan Klasik, Teori Pendidikan Personal,Teknologi Pendidikan, dan
Teori Interaksional yang berlandaskan pada aliran-aliran filsafat.
3.
Terdapat banyak teori dalam belajar diantaranya adalah teori kognitif,
teori humanistik, teori konstruksivistik, dan teori behavioristik.
DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Made., 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Kadir, Abdul., dkk., 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sagala, Syaiful., 2006. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta
2 komentar:
mantap artikelnya.
souvenir khas kota kediri
Bermanfaat
Posting Komentar