PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen berasal dari
Bahasa Latin , yaitu dari kata manus
yang berarti tangan dan agree yang
berrati melakukan. Jika digabungkan menjadi kata manager yang artinya menangani.
Diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, kata
benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.
Dan pada akhirnya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen
atau pengelolaan.
Manajemen menurut Parker (Stoner dan Freeman, 2000) ialah seni
melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. Manajemen dalam arti luas adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam
arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah meliputi perencanaan program,
pelaksanaan program, pegawas/evaluasi dan sistem informasi sekolah/madrasah.
DEFINISI
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola
sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keo\pribadian , kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan bangsa.
Manajemen pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu
meneglola sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efisien.
Bush dan Coleman (2000) mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai
berikut, “ Educationalmanagement is field
of study and practice concerned with the operation of educational organization”.
TUJUAN
DAN MANFAAT MANAJEMEN
1. Terwujudnya
suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan bermakna.
2. Terciptanya
peserta didik yang aktif menengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pemgendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya.
3. Terpnuhinya
salah satu dari lima kompetensi tenaga kependidikan.
4. Tercapainya
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5. Terbekalinya
tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagi manajer atau konsultan manajemen
pendidikan).
6. Teratasinya
masalah mutu pendidikan karena 80% masalaha mutu disebabkan oleh manajernya.
7. Terciptanya
perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan dan akuntabel.
8. Meningkatanya
citra positif pendidikan.
RUANG
LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN
Substansi yang menjadi
garapan manajemen pendidikan sebagai proses alat atau disebut juga sebagai
fungsi manajemen adalah:
1. Perencanaan.
2. Pengorganisasian.
3. Pengarahan.
4. Penegndalian
meliputi pemantauan, penilaian dan pelaporan.
Ruang lingkup manajemen pendidikan
sebagai tugas atau sebagai manaejemen sekolah dibatasi pada perencanaan peserta
didik saja atau pengorganisasian peserta didik atau pengarahan peserta didik
atau pengendalian peserta didik.
PERNANAN
MANAJER
1. Peranan
Interpersonal, meliputi kepaa sekolah /
madrasah sebagai lambang atau simbol yang mewakili sekolahnya dalam menghadiri
acara-acara seremonial, baik resmi maupun tidak resmi seperti upacara-upacara
resmi di sekolah atau pemerintahan/swasta, memerima tamu, menyampaikan
pidato-pidato, menghadiri undangan pernikahan pendidik dan tenaga
kependidikannya, meninhjau keliling sekolah, mengunjungi kelas-kelas, mengenal
siswa-siswanya, menyiapakan visi dan sebgaianya (Sergiovanni, 1991; Stoner dan
Freeman, 2000; dalam Usman,2009:18 ); sebagai pemimpin simbolik, yang harus
dimainkannya adalah historian, antropologikal sleuth, visionary, symbol,
potter, poet, actor dan healer; sebagai penghubung maka ia berperan sebagai
politisi dan sebagai pengelola hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat.
2. Peranan
Informasional, mnurut Minztberg dalam Usman (2009:20), meliputi peranan sebagai
monitor yang mencari informasi di dalam dan di luar sekolah/madrasah secra konstan.
Sebagai disseminator, yang mendistribusikan informasi-informasi penting kepada
pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, anggota komite
sekolah/madarash, dewan sekolah/madrasah, aparatur pemerintah dan masyarakat.
3. Peranan
Decisional, meliputi entrepreneur, disturbance hander, resurce
allocator dan nagotitor. Sebagai entrepreneur yang kreatif dan inovatif
dalam mengembangkan sekolah/madrasahnya dengan menciptakan produk/jasa
pendidikan, mampu memasarkan sekolah/madrasahnya agara bnyak dimintai oleh
masyarakat, pekerja kerasyang emiliki motivasi pantang menyerah, mampu
memanfaatkan dan mencipatakan peluang dan berani mengambil resiko dengan
perhitungan yang matang (Afaim, 2002 dalam Usman, 2009:21).
PERENCANAAN PENDIDIKAN
Filsafat
Perencanaan
1. Sintesis
Manheim
(1949), perencanaan sebagai suatu cara berpikir ; Dahl dan Liblon (1953),
perencanaan sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Etzioni (1969),
perencanaan sebagai proses bimbingan sosial dimana control sosial dan consensus
harus diarahkan untuk mengoptimalkan keseimbangan antara pengawasan yang ketat
dengan consensus yang lemah.
2. Rasionalisme
Perencanaan
dipandang sebagai suatu bentuk pengambilan keputusan, suatu proses yang
mengikuti langkah-langkah prosedural dalam pengambilan keputusan.
3. Pengembangan
organisasi
Benis
(1969), perencanaan adalah sebagai salah satu metode perencanaan, yaitu proses
pembelajaran mengenai kesadaran dan perilaku anggota organisasi.
4. Empirisme
Teori
perencanaan yaitu 1) aliran yang memusatkan perhatiannya pada aspek politik dan
realitas fungsi ekonomi pada skala nasional dan 2) aliran yang memfokuskan
perhatiannya pada bebagai studi politik pembangunan kota.
Tujuan
Perencanaan
1. Standar
pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya.
2. Mengetahui
kapan pelaksanaan dan kapan selesainya suatu kegiatan.
3. Mengetahui
siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya maupun
kuantitasnya.
4. Mendapatkan
kagiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5. Meminimalkan
kegatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga,dan waktu.
6. Memberikan
gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pembelajaran.
7. Menyerasikan
dan memadukan beberpa subkegiatan.
8. Mendeteksi
hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
9. Mengarahkan
pada pencapaian tujuan.
Manfaat
Perencanaan
1. Standar
pelaksanaan dan pengawasan.
2. Pemilihan
berbagai alternative terbaik.
3. Penyusunan
skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.
4. Menghemat
pemanfaatan sumber daya organisasi.
5. Membantu
manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
6. Alat
memudahkan dlam berkoordinasi dengan pihak terkait.
7. Alat
meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
Pengertian
Perencanaan
Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk
dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan. Menurut Tjikroaminoto, perencanaan adalah proses mempersiapkan
kefiatan-kegiatan secara sistematis yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Menurut Atmosudirdjo, perencanaan adalah perhitungan dan penentuan
tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu,
siapa yang melakukan, bilamana, dimana, dan bagaimana cara meakukannya.
Menururt Siagian, perencaaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka mencapai tujuan ang telah ditentukan sebelumnya. Dior
berpendapat bahwa yang disebut perencanaan ialah suatu proses penyiapan
seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang
diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu (Anonim,2000). Menurut Usman (2009),
perencanaan adalah kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk
mencapai tujuan.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah segala
aktivitas yang hendak dilaksanakan dalam mencapai sebuah tujuan yang dinginkan.
Definisi
Pendidikan
Definisi pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahnu 2003
tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat (1), yaitu pendidikan adaalh usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan
proses memanusiakan manusia dimana terdapat interaksi anatara pendidik dan
peserta didik sehingga pada akhirnya dapat menciptakan manusia Indonesia yang
sesungguhnya.
Definisi
Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan sebagai suatu alat untuk mengatur sistem
pendidikan, penyesuaiannya dengan kebutuhan dan aspirasi seseorang dan masyarakat.
Menurut Beeby, perencanaan pendidikan merupakan suatu usaha melihat ke masa
depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan dengan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial dan
politik untuk mengembangkan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi
kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan
adalah upaya dalam meningkatkan segala hal dalam bidang kehidupan manusia dam
sebuah sistem pendidikan.
Ruang
Lingkup Perencanaan
1. Perancanaan
dari Dimensi Waktu, meliputi perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka
menegah, dan perencanaan jangka pendek.
2. Perencanaan
dari Dimensi Spasial, meliputi perencanaan nasional, perencanaan regional, dan
perencanaan tat ruang.
3. Perencanaan
dari Dimensi Tingkatan Teknis Perencanaan, meliputi perencanaan makro,
perencanaan mikro, perencanaan sektoral, perencanaan kawasan, dan perencanaan
proyek.
4. Perencanaan
dari Dimensi Jenis, meliputi perencanaan dari atas ke bawah, perencanaan dari
bawah ke atas, perencanaan menyerong kesamping, perencanaan mendatar,
perencanaan menggelinding dan perencanaan gabungan dari atas ke bawah dan bawah
ke atas.
Macam-macam
Pendekatan Perencanaan
1. Perencanaan
Kebutuhan Sosial, yaitu pendekatan yang didasarkan atas keperluan masyarakat
pada saat ini yang menitik beratkan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi
pemerataan pendidikan.
2. Perencanaan
Ketenagakerjaan, yaitu pendekatan yang mengutamakan keterkaitan lulusan sistem
pendidikan dengan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja.
3. Perencanaan
terpadu, yang merupakan perpaduan antara pendekatan kebutuhan sosial dan
pendekatan terpadu.
Teori
Perencanaan
Hudson dalam Tanner
(1981) menyatakan taksonomi perencanaan antara lain sebagai berikut.
1. Teori Sinoptik, yang merupakan teori paling
lengkap karena dalam berbagai literatur sering disebut system planning, rational system approach atau rational comprehensive planning. Dan menggunakan model berpikir
sistem dalam perencanaannya.
2. Teori Inkremental, yang berdasarkan pada
kemampuan intuisi dan kinerja personalianya, dan sangat berhati-hati terhadap
ruang lingkup objek yang akan dilaksanakan.
3. Teori Transaktif, yang menekankan pada hakikat individu
yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi.
4. Teori Advokasi, yang menekankan pada hal-hal yang
bersifat umum, perbedaan individu dan daerah diabaikan.
5. Teori Radikal, yang menekankan pada kebebasan
lembaga local untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar lebih
cepat memenuhi kebutuhan lokal.
6. Teori
SITAR yang merupakan gabungan dari kelima teori diatas.
Model
Perencanaan Pendidikan
1. Model
Komprehensif yang digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem
pendidikan secara menyeluruh.
2. Model
Pembiayaan dan Keaktifan Biaya yang digunakan untuk menganalisis proyek dengan
kriteria efisiensi dan efektivitas.
3. Model
PPBS (Planning, Programming, Budgeting System) yang merupakan suatu pendekatan
sistematis dan komprehensif yang berusaha menentukan tujuan, mengembangkan
program-program untuk dicapai dengan menggunakan anggaran seefisien dan
seedektif mungkin dan mampu
menggambarkan kegiatan program jangka panjang.
4. Model
Target Setting yang digunakan untuk memperkirakan atau memproyeksi tingkat
perkembangan dalam kurun waktu tertentu.
Metode
Perencanaan
1. Analisis
Sumber-Cara-Tujuan, dipakai untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif
mencapai tujuan tertentu, faktor yang dianalisis adalah sumber, cara untuk
mencapai tujuan dan tujuan.
2. Analisis
Masukkan-Keluaran, dipakai untuk mengkaji faktor-faktor input pendidikan yang
mempengaruhi proses dan akibatnya terhadap keluaran secara interelasi dan
interdependensi.
3. Analisis
Ekonomerik yang memakai data empiris, statistic dan teori ekonomi dalam
mengukur perubahan dalam hubungannya dengan ekonomi.
4. Diagram
Sebab Akibat, dipakai dalam perencanaan yang menggunakan sekuen hipotetik untuk
mendapatkan gambaran masa depan.
5. Delphi,
dipakai untuk menentukan sejumlah alternative program, mendapatkan asumsi atau
fakta yang melandasi pertimbangan tertentu dengan mencari informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai consensus.
6. Heuristik,
dipakai untuk mendapatkan isu-isu dan mengakomodasi pendapat yang bertentangan.
7. Analisis
Siklus Kehidupan, dipakai untuk mengalikasikan sumber daya dengan memperhatikan
siklus kehidupan produksi (lulusan), proyek, program dan kegiatan pendidikan.
8. Analisi
Nilai Tambah, dipakai untuk mengukur keberhasilan peningkatan lulusan atau
pelayanan pendidikan sehingga diperoleh gambaran kontribusi aspek tertentu
terhadap aspek lainnya.
9. Proyeksi,
menghasilkan metode pemecahan penduduk lima tahunan, data persekolahan,
proyeksi penduduk dan penduduk usia sekolah, proyeksi siswa, proyeksi ruang
kelas dan proyeksi kebutuhan guru.
10. Pemecahan
Penduduk Usia Lima Tahunan Menjadi Tahunan, diperluakn dalam perencanaan
pendidikan karena penduduk menurut usia sekolah dengan data penduduk yang
tersedia dari Badan Pusat Statistik (BPS) sering tidak cocok.
11. Proyeksi
Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah, diperoleh menggunakan metode komponen
berdasarkan asumsi kecenderungan fertilitas, moralitas dan perpindahan penduduk
antarprovinsi dan angka pertumbuhan.
12. Proyeksi
Siswa dengan Arus Siswa, digunakan asumsi berdasarkan kebijakan, tanpa
kebijakan dan gabungan untuk menggunakan metode ini.
13. Proyeksi
Kebutuhan Kelas, kebutuhan ini sangat diperlukan terutama dalam rangka
perluasan kesempatan belajar.
14. Proyeksi
Siswa/Wajib Belajar Berdasarkan Asal.
15. Angka
Lulusan.
16. Proyeksi
Kebutuhan Guru.
17. Prediksi
Rasio Siswa Per Guru.
18. Proyeksi
Rasio Siswa Per Kelas.
19. Rasio
Kelas Per Guru.
20. Proyeksi
Angka Partisispasi Kasar.
21. Proyeksi
Angka Partisipasi Murni.
22. Proyeksi
Angka Transisi dari Semua Jenjang baik Jalur Sekolah maupun Luar Sekolah.
23. Proyeksi
Jumlah Lulusan SMA/SMK yang diterima di PTN/PTS dan Jumlah Mahasiswa Baru yang
di terima di PTN/PTS.
24. Proyeksi
Jumlah Lulusan SMA/SMK yang diterima di Dunia Kerja.
25. Prediksi
Jumlah Mahasiswa yang Lulus dari PTN/PTS.
26. Prediksi
Anggaran Pendidikan untuk Semua Jenjang dan Jalur Pendidikan.
27. Prediksi
ANggaran Pendidikan dari APBD.
Proses
Perencanaan Pendidikan
1. Menurut
Banghart dan Trull (1973)
·
Pendahuluan.
·
Mengidentifikasi permaslahan pendidikan.
·
Analisis area masalah perencanaan.
·
Penyusunan konsep dan rencana.
·
Mengevaluasi rencana.
·
Menentukan rencana.
·
Penerapan rencana.
·
Rencana umpan balik.
2. Menurut
Chesswas (1973)
·
Menilai kebutuhan akan pendidikan.
·
Merumuskan tujuan dan sasaran
pendidikan.
·
Merumuskan kebijakan dan menentukan
prioritas.
Prinsip
Perencanaan yang Baik
Yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Keadaan
sekarang.
2. Keberhasilan
dan faktor-faktor kritis keberhasilan.
3. Kegagalan
masa lampau.
4. Potensi
tantangan dan kendala yang ada.
5. Kemampuan
merubah kelemahan menjadi kekuatan dan ancaman menjadi peluang analisis.
6. Mengikutsertakan
pihak-pihak terkait.
7. Mempertimbangkan
efektivitas dan efisiensi, demokratis, transparan, realistis, legalistis, dan
praktis.
8. Jika
mungkin mengujicobakan kelayakan perencanaan.
Karakteristik
Perencanaan Pendidikan
Karakteristik
Perencanaan Pneidikan manurut Gaffar (1978):
1. Harus
mengutamakan nilai-nilai manusiawi.
2. Harus
memberikan kesempatan utuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara
optimal.
3. Harus
memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua peserta didik.
4. Harus
komprehensif dan sitematis.
5. Harus
berorientasi pada pembangunan.
6. Harus
dikembangkan dengan memperhatikan ketertkaitannya dengan berbagai komponen
pendidikan secara sistematis.
7. Harus
menggunakan sumber daya secermat mungkin.
8. Harus
berorientasi pada masa yang akan datang.
9. Harus
kenyal dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat, tidak
statis tetapi dinamis.
10. Harus
merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan.
Koordinasi
Perencanaan
Dilakukan sebagai
bagian dari manajemen perencanaan melalui teknik atau peran pengembangan model
–model perencanaan yang baku dan telah teruji, dimaksudkan agar terbentuk
hubungan kerjasama yang baik antar dan antara institusi perencanaan di pusat
dan di daerah, antar daerah dan antar sektor.
Peran
Institusi Perencanaan
Adapun peran institusi perencanaan adalah menyamakan persepsi tentang
substansi kebijakan untuk menyelesaikan konflik kepentingan dalam pemanfaatan
sumber daya dan mensinkronkan antara kebijakan dan rencana pelaksanaan yang
dilakukan oleh masyarakat, lembaga, atau organisasi sesuai dengan kewenangannya
dan institusi berkepentingan membuat rencana strategis.
Teknik
Perencanaan
1. Bar
Chat, untuk membuat bar chat adalah macam kegiatan, urutan
pekerjaan dan hubungan ketergantungan tiap kegiatan, volume pekerjaan, dan durasi
pekerjaan.
2. Network
Planning, adalah alat manjemen yang memungkinkan perencanaan
dan pengawasan suatu pekerjaan/proyek menjadi lebih luas dan lengkap.
Praktik
Perencanaan Pendidikan
Dalam praktiknya, sampai saat ini (2005), hamper semua kabupaten dan
kota di Indonesia belum memiliki proyeksi pendidikan dari TK sampai SMU/SMK
untuk lima tahun atau sepuluh tahun kedepan (2000-2005 atau 2000-2010 atau
2005-2010). Walaupun Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas
Pendidikan setempat pernah mengirimkan stafnya ke Depdiknas Jakarta (2002)
untuk mengikuti pelatihan perencanaan pendidikan termasuk proyeksi pendidikan.
Semua departemen pemerintah mempunyai rencana strategis. Hampir semua
daerah menjadikan peningkatan kualitas SDM sebagai slah satu prioritasnya. Akan
tetapi proyeksi SDM pendidikan lima tahun ke depan saja belum tentu dimiliki.
Oleh sebab itu, renstra hanya sebagai kebijakan diatas kertas saja. Dalam
pelaksanaannya banyak yang menyimpang dengan alasan-alasan tertentu.
Hasil penelittian Wongkar (1990) menemukan bahwa perencanaan
pendidikanbelum diterapkan di sekolah-sekolah menurut prinsip-prinsip dan
metodologi perencanaan pendidikan. Kondisi tersebut dibuktikan sebagai berikut.
1. Pemahaman
tentan aspek-aspek procedural dalam perencanaan pendidikan masih berada pada
taraf yang belum memadai karena kondisi sitem dan mekanisme dalam manajemen
pendidikan yang menyebabkan para kepala sekolah mempunyai anggapan keliru
tentang pentingnya esensi dan lingkup perencanaan pendidikan yanag dapat
diterapkan di sekolah, sikap dan perilaku yang melekat pada diri kepala sekolah
yang seharusnya berperan dan berfungsi sebagai perencana sesuai kedudukannya
sebagai manajer sekolah dalam kenyataannya memandang kegiatan procedural
perencanaan pendidikan tidak perlu.
2. Minat
dan perhatian kepala sekolah sebagai perencana tingkat sekolah cenderung
tenggelam pada pola pikir jalan pintas karena kegiatan merencanakan sesuai
prosedur diapndang sebagai pemborosan.
3. Ketatnya
birokrasi cenderung menjadi penghambat dalam upaya mengembangkan aspek-aspek
prosedur perencanaan.
4. Inisiatif
mengkaji apsek-aspek substansi perencanaan pendidikan tidak dilaksanakan karena
diangggap tidak penting oleh kepala sekolah, akibatnya model pengembangannya
kurang ditemukan kepala sekolah.
5. Keterpaduan
dalam perencanaan pngembangan sekolah hanya dpat diperoleh jika didukung oleh
kemampuan professional perencanaan pendidikan.
6. Ketidak
mampuan kepala sekolah dalam perencanaan terpadu diakibatkan karena ketidakmampuan
memahami aspek procedural dan substansial perencanaan pendidikan.
7. Dengan
model perencanaan terpadu pengembangan sekolah, memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku kepala sekolah. Perubahan perilaku ini dapat membebaskan
kepala sekolah dari perilaku tertuntun ke perilaku yang lebih antisipasif,
responsive, interaktif-dinamik yang akhirnya memberikan kontribusi pada
peningkatan produktivitas pembelajaran peserta didik.
Beradasarkan hasil riset yang dipimpin oleh MacGilChrist dan Motimore
(1997) ditemukan topologi rencana sebgai berikut.
1. Rencana
retorika, bersifat tertutup hanya pemilik yang mengetahui.
2. Rencana
kooperatif, hanya dimiliki oelh kepala sekolah.
3. Rencana
korporat, ditetapkan berdasarkan pengalaman dari pembelajaran masyarakat.
ANALISIS
MANFAAT BIAYA
Konsep
Biaya Pendidikan
1. Biaya
Langsung, terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk keprluan pelaksaan
pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran,
sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru baik yang dikeluarkan oleh
pemerintah, orang tua, maupunsiswa sendiri.
2. Biaya
Tidak Langsung, berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk biaya kesempatan
yang hilang yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.
Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh
sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur, sedangkan
anggaran dasar penegeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun
untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Berdasarkan pendekatan unsur biaya, penegluaran sekolah dapat
dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran yaitu:
1. Pengeluaran
untuk pelaksanaan pelajaran.
2. Pengeluaran
untuk tata usaha sekolah.
3. Pemeliharaan
sarana dan prasarana sekolah.
4. Kesejahteraan
pegawai.
5. Administrasi.
6. Pembinaan
teknis edukasi.
7. Pendataan.
Analisis biaya manfaat merupakan metodologi yanag banyak dipergunakan
dalam melakukan analasis investasi pendidikan, serta dapat embantu para
pengambil keputusan dalam menentukan pilihan di antara alternative alokasi
sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang
tinggi.
Mengukur
Biaya Pendidikan
Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sekolah dapat
dilakukan dengan cara menganalisis biaya satuan per siswa. Biaya satuan per
siswa merupakan baiaya rata-rata per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi
seluruh siswa yang ada di sekolah.
1. Pendekatan
Makro, pola alokasi pendidikan terutama yang bersumber dari pemerintah
meningkatkan pengaruh berdasarkan struktur piramida karakteristik.
Karakteristik pendidikan yang mempengaruhi biaya, meliputi:
·
Skala gaji guru dan jam terbang
mengajar.
·
Penataran dan latihan pra jabatan.
·
Pengelompokkan siswa di sekolah dan
didalam kelas.
·
Penggunaan metode dan bahan pengajar.
·
Sitem evaluasi.
·
Supervise pendidikan.
2. Pendekatan
Mikro, menganilisis biaya pendidikan
berdasarkan pengeluaran total dan jumlah biaya menurut jenis dan tingkat
pendidikan.
PENGANGGARAN
Konsep
Penganggaran
Penganggaran merupakan
kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget).
Budget merupakan rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu
tertentu.
Karakteristik
dan Fungsi Anggaran
1. Karakteristik
Anggaran, anggaran terdiri dari dua sisi yaitu sisi penerimaan yang merupakan
perolehan biaya ditentukan oleh besarnya dana yang diterima oleh lembaga dari
setiap sumber dana dan sisi pengeluaran yang terdiri dari alokasi besarnya
biaya pendidikan ,untuk setiap komponen yang harys di biayai.
2. Fungsi
Anggaran, sebagai alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu lembaga
menempatkan organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah. Tiga jenis golongan
manfaat anggaran:
·
Sebagai alat penaksir.
·
Sebagai alat otorisasi pengeluaran dana.
·
Sebagai alat efisiensi, yang merupakan
fungsi yang paling esensial dalam pengendalian.
Prinsip-Prinsip
dan Prosedur Penyusunan Anggaran
Anggaran harus disusun
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Adanya
pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam sistem manajemen dan
organisasi.
2. Adanya
sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakn anggaran.
3. Adanya
penelitian dan anlisis untuk menialai kinerja organisasi.
4. Adanya
dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang paling bawah.
Tahap
Penyususunan Anggaran
1. Mengidentifikasi
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selam periode anggaran.
2. Mengidentifikasi
sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jas dan barang.
3. Semua
sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada dasarnya merupakan
pernyataan finansial.
4. Memformulasikan
anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan dipergunakan oleh
instansi tertentu.
5. Menyusun
usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang.
6. Melakukan
revisi usulan anggaran.
7. Persetujuan
revisi usulan anggaran.
8. Pengesahan
anggaran.
Bentuk-Bentuk
Desain Anggaran
1. Anggaran
Butir Per Butir, merupakan bentuk anggaran yang paling simple dan banyak
digunakan.
2. Anggaran
Program, dirancang untuk mengidentifikasi biaya setiap program. Biaya pr butir
dihitung berdasarkan jenis butir yang akan dibeli, sedangkan pada anggran
program biaya dihitung berdasarkan jenis program.
3. Anggaran
Berdasarkan Hasil, menekankan hasil dan bukan pada keterperincian dari suatu
alokasi anggaran.
4. Sistem
Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran, merupakan kerangka kerja dalam
perencanaan dengan mengorganisasikan informasi dan menganalisisnya secara
sistematis.
5. Strategi
Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah, strategi didefinisikan
sebagai keputusan atau tindakan yang berusaha untuk mencapai sasaran
organisasi, yang biasanya dipengaruhi oleh misiorganisasi. Enam konsep strategi
adalah sebgai berikut:
·
Suatu pola yang intergrity, coherent dan
menyatu diantara setiap komponen.
·
Menentukan dan mengembangkan tujusn
lembaga yang dinyatakan dalam sasaran jangka pendek, jangka panjang, jangka
menengah, program dan prioritasisasi dari alokasi sumber-sumber daya pendidikan.
· Memilih jenis kemampuan, keterampilan,
pengetahuan apa saja yang mungkin akan diperlukan oleh masyarakat di masa yang
akan datang.
· Merespon dengan cepat semua peluang dan
ancaman, kelemahan dan keunghulan yang ada dalam bidang lembaga pendidikan.
· Membangun komitmen dari semua pihak,
siswa, orang tua, masyarakat, pemerinah, unit-unit Depdikbud sampai pada
internal sekolah untuk bersama-sama meningkatkan mutu sekolah.
· Menentukan tingkat kontribusi dari
setiap input pendidikan yang bermuatan biaya terhadap mutu pendidikan atau
prestasi belajar siswa dan angka permintaan masyarakat terhadap lulusan
sekolah.
Dalam melakukan strategi RAPBS, satu hal yang harus diingat bahwa SwOT
bukan hal yang sederhana, perlu dipahami terlebih dahulu tentang konsepnya baru
kemudian menerapkannya dalam bidang pendidikan dan tentunya untuk menguji
kembalikebenaran konsep tersebut.
Efisiensi internal sangat bergantung pada dua faktor utama, yaitu faktor
institusional dan faktor manajerial. Secara institusional , peningkatan
efisiensi akan ditentukan oleh keberhasilan sistem pendidikan dalam menjabarkan
secara jelastujuan pendidikan ke dalam proses pendidikan pada masing-masing
jenjangdan jenis pendidikan dan penyusunan materi dan orientasi, serta struktur
program pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan. Efisiensi internal berkaitan
dengan aspek-aspek pengelolaan pendidikan yang mengacu pada:
1. Komponen
masukan, seperti karakteristik siswa, guru, biaya dan saranadan prasarana
pendidikan.
2. Proses
pendidikan, meliputi pengelolaan PBM dan sekolah.
3. Keluaran,
baik secara kuantitatif dan kualitatif.
Sumber-sumber
daya digunakan untuk mencapai efisiensi dengan cara:
1. Sistem
sekolah yang terorganisasi secara efisien.
2. Kemampuan
professional kepala sekolah sebagai pengelola satuan pendidikan.
3. Mutu
masukan yang harus disediakan untuk melaksanakn program pendidikan sebagai
garapan ilmu ekonomi pendidikan,pengembangan SDM telah didekati dari susut
panadang teori human capital sebagai salah satu penerapan penting dalam
investasi pendidikan untuk pemabngunan, khususnya yang menyangkut pertumbuhan
ekonomi.
Upaya-upaya dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan pendidikan perlu
diarahkan pada hal-hal pook berikut:
1. Pemerataan
kesempatan memasuki sekolah.
2. Pemerataan
untuk bertahan disekolah.
3. Pemerataan
kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
4. Pemerataan
kesempatan menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat.
Upaya peningkatan efiseiensi pembiayaan pendidikan dasar (SD) dipandang
sebagai prioritas dan strategis dikaitkan dengan lebih 70% tenaga kerja
Indonesia hanya berpendidikan SD dan bahkan kurang. Dipandang dari segi
ekonomi, pendidikan SD merupakan salah satu cara untuk meningkatakan kualitas SDM yang dapat
memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin besar peluang untuk lebih mampu berepran serta dalam
dinamika kehidupan masyarakat.
Konsep biaya pendidikan mempunyai makna jika dihbungkan dengan konsep
efisiensi, baik secara eksternal maupun secara internal.
DAFTAR
PUSTAKA
Usman, Husaini., 2009. Manajemen Teori, Praktik, dan
Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
0 komentar:
Posting Komentar