Selasa, 28 Januari 2014

Perencanaan Pendidikan : Managemen, Manager, Perencanaan , Pendidikan dan Anggaran

Diposting oleh Unknown di 20.44

PENGERTIAN MANAJEMEN
       Manajemen berasal dari Bahasa Latin , yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree yang berrati melakukan. Jika digabungkan menjadi kata manager yang artinya menangani. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Dan pada akhirnya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.
    Manajemen menurut Parker (Stoner dan Freeman, 2000) ialah seni melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen sekolah/madrasah meliputi perencanaan program, pelaksanaan program, pegawas/evaluasi dan sistem informasi sekolah/madrasah.

DEFINISI MANAJEMEN PENDIDIKAN
   Manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keo\pribadian , kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan bangsa.
     Manajemen pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu meneglola sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
  Bush dan Coleman (2000) mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai berikut, “ Educationalmanagement is field of study and practice concerned with the operation of educational organization”.

TUJUAN DAN MANFAAT MANAJEMEN
1.     Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna.
2.     Terciptanya peserta didik yang aktif menengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pemgendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya.
3.      Terpnuhinya salah satu dari lima kompetensi tenaga kependidikan.
4.      Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5.      Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagi manajer atau konsultan manajemen pendidikan).
6.      Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% masalaha mutu disebabkan oleh manajernya.
7.      Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan dan akuntabel.
8.      Meningkatanya citra positif pendidikan.

RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN
    Substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai proses alat atau disebut juga sebagai fungsi manajemen adalah:
1.      Perencanaan.
2.      Pengorganisasian.
3.      Pengarahan.
4.      Penegndalian meliputi pemantauan, penilaian dan pelaporan.

     Ruang lingkup manajemen pendidikan sebagai tugas atau sebagai manaejemen sekolah dibatasi pada perencanaan peserta didik saja atau pengorganisasian peserta didik atau pengarahan peserta didik atau pengendalian peserta didik.

PERNANAN MANAJER
1.   Peranan Interpersonal,  meliputi kepaa sekolah / madrasah sebagai lambang atau simbol yang mewakili sekolahnya dalam menghadiri acara-acara seremonial, baik resmi maupun tidak resmi seperti upacara-upacara resmi di sekolah atau pemerintahan/swasta, memerima tamu, menyampaikan pidato-pidato, menghadiri undangan pernikahan pendidik dan tenaga kependidikannya, meninhjau keliling sekolah, mengunjungi kelas-kelas, mengenal siswa-siswanya, menyiapakan visi dan sebgaianya (Sergiovanni, 1991; Stoner dan Freeman, 2000; dalam Usman,2009:18 ); sebagai pemimpin simbolik, yang harus dimainkannya adalah historian, antropologikal sleuth, visionary, symbol, potter, poet, actor dan healer; sebagai penghubung maka ia berperan sebagai politisi dan sebagai pengelola hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat.
2.  Peranan Informasional, mnurut Minztberg dalam Usman (2009:20), meliputi peranan sebagai monitor yang mencari informasi di dalam dan di luar sekolah/madrasah secra konstan. Sebagai disseminator, yang mendistribusikan informasi-informasi penting kepada pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, anggota komite sekolah/madarash, dewan sekolah/madrasah, aparatur pemerintah dan masyarakat.
3.     Peranan Decisional,  meliputi entrepreneur, disturbance hander, resurce allocator dan nagotitor. Sebagai entrepreneur yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan sekolah/madrasahnya dengan menciptakan produk/jasa pendidikan, mampu memasarkan sekolah/madrasahnya agara bnyak dimintai oleh masyarakat, pekerja kerasyang emiliki motivasi pantang menyerah, mampu memanfaatkan dan mencipatakan peluang dan berani mengambil resiko dengan perhitungan yang matang (Afaim, 2002 dalam Usman, 2009:21).


PERENCANAAN PENDIDIKAN
Filsafat Perencanaan
1.   Sintesis
Manheim (1949), perencanaan sebagai suatu cara berpikir ; Dahl dan Liblon (1953), perencanaan sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Etzioni (1969), perencanaan sebagai proses bimbingan sosial dimana control sosial dan consensus harus diarahkan untuk mengoptimalkan keseimbangan antara pengawasan yang ketat dengan consensus yang lemah.
2.   Rasionalisme
Perencanaan dipandang sebagai suatu bentuk pengambilan keputusan, suatu proses yang mengikuti langkah-langkah prosedural dalam pengambilan keputusan.
3.   Pengembangan organisasi
Benis (1969), perencanaan adalah sebagai salah satu metode perencanaan, yaitu proses pembelajaran mengenai kesadaran dan perilaku anggota organisasi.
4.   Empirisme
Teori perencanaan yaitu 1) aliran yang memusatkan perhatiannya pada aspek politik dan realitas fungsi ekonomi pada skala nasional dan 2) aliran yang memfokuskan perhatiannya pada bebagai studi politik pembangunan kota.

Tujuan Perencanaan
1.   Standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya.
2.   Mengetahui kapan pelaksanaan dan kapan selesainya suatu kegiatan.
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya maupun kuantitasnya.
4.   Mendapatkan kagiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5.   Meminimalkan kegatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga,dan waktu.
6.   Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pembelajaran.
7.   Menyerasikan dan memadukan beberpa subkegiatan.
8.   Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
9.   Mengarahkan pada pencapaian tujuan.

Manfaat Perencanaan
1.   Standar pelaksanaan dan pengawasan.
2.   Pemilihan berbagai alternative terbaik.
3.   Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.
4.   Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
5.   Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
6.   Alat memudahkan dlam berkoordinasi dengan pihak terkait.
7.   Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

Pengertian Perencanaan
       Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Tjikroaminoto, perencanaan adalah proses mempersiapkan kefiatan-kegiatan secara sistematis yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Atmosudirdjo, perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, dimana, dan bagaimana cara meakukannya.
      Menururt Siagian, perencaaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan ang telah ditentukan sebelumnya. Dior berpendapat bahwa yang disebut perencanaan ialah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu (Anonim,2000). Menurut Usman (2009), perencanaan adalah kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan.
      Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah segala aktivitas yang hendak dilaksanakan dalam mencapai sebuah tujuan yang dinginkan.

Definisi Pendidikan
      Definisi pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahnu 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat (1), yaitu pendidikan adaalh usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
      Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia dimana terdapat interaksi anatara pendidik dan peserta didik sehingga pada akhirnya dapat menciptakan manusia Indonesia yang sesungguhnya.

Definisi Perencanaan Pendidikan
     Perencanaan pendidikan sebagai suatu alat untuk mengatur sistem pendidikan, penyesuaiannya dengan kebutuhan dan aspirasi seseorang dan masyarakat. Menurut Beeby, perencanaan pendidikan merupakan suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial dan politik untuk mengembangkan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
    Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah upaya dalam meningkatkan segala hal dalam bidang kehidupan manusia dam sebuah sistem pendidikan.

Ruang Lingkup Perencanaan
1.  Perancanaan dari Dimensi Waktu, meliputi perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menegah, dan perencanaan jangka pendek.
2.  Perencanaan dari Dimensi Spasial, meliputi perencanaan nasional, perencanaan regional, dan perencanaan tat ruang.
3. Perencanaan dari Dimensi Tingkatan Teknis Perencanaan, meliputi perencanaan makro, perencanaan mikro, perencanaan sektoral, perencanaan kawasan, dan perencanaan proyek.
4.   Perencanaan dari Dimensi Jenis, meliputi perencanaan dari atas ke bawah, perencanaan dari bawah ke atas, perencanaan menyerong kesamping, perencanaan mendatar, perencanaan menggelinding dan perencanaan gabungan dari atas ke bawah dan bawah ke atas.

Macam-macam Pendekatan Perencanaan
1.    Perencanaan Kebutuhan Sosial, yaitu pendekatan yang didasarkan atas keperluan masyarakat pada saat ini yang menitik beratkan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi pemerataan pendidikan.
2.   Perencanaan Ketenagakerjaan, yaitu pendekatan yang mengutamakan keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja.
3. Perencanaan terpadu, yang merupakan perpaduan antara pendekatan kebutuhan sosial dan pendekatan terpadu.

Teori Perencanaan
Hudson dalam Tanner (1981) menyatakan taksonomi perencanaan antara lain sebagai berikut.
1. Teori Sinoptik, yang merupakan teori paling lengkap karena dalam berbagai literatur sering disebut system planning, rational system approach atau rational comprehensive planning. Dan menggunakan model berpikir sistem dalam perencanaannya.
2. Teori Inkremental, yang berdasarkan pada kemampuan intuisi dan kinerja personalianya, dan sangat berhati-hati terhadap ruang lingkup objek yang akan dilaksanakan.
3. Teori Transaktif, yang menekankan pada hakikat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi.
4. Teori Advokasi, yang menekankan pada hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah diabaikan.
5. Teori Radikal, yang menekankan pada kebebasan lembaga local untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar lebih cepat memenuhi kebutuhan lokal.
6.  Teori SITAR yang merupakan gabungan dari kelima teori diatas.

Model Perencanaan Pendidikan
1.  Model Komprehensif yang digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem pendidikan secara menyeluruh.
2.  Model Pembiayaan dan Keaktifan Biaya yang digunakan untuk menganalisis proyek dengan kriteria efisiensi dan efektivitas.
3.  Model PPBS (Planning, Programming, Budgeting System) yang merupakan suatu pendekatan sistematis dan komprehensif yang berusaha menentukan tujuan, mengembangkan program-program untuk dicapai dengan menggunakan anggaran seefisien dan seedektif mungkin  dan mampu menggambarkan kegiatan program jangka panjang.
4. Model Target Setting yang digunakan untuk memperkirakan atau memproyeksi tingkat perkembangan dalam kurun waktu tertentu.

Metode Perencanaan
1.  Analisis Sumber-Cara-Tujuan, dipakai untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif mencapai tujuan tertentu, faktor yang dianalisis adalah sumber, cara untuk mencapai tujuan dan tujuan.
2. Analisis Masukkan-Keluaran, dipakai untuk mengkaji faktor-faktor input pendidikan yang mempengaruhi proses dan akibatnya terhadap keluaran secara interelasi dan interdependensi.
3.  Analisis Ekonomerik yang memakai data empiris, statistic dan teori ekonomi dalam mengukur perubahan dalam hubungannya dengan ekonomi.
4.  Diagram Sebab Akibat, dipakai dalam perencanaan yang menggunakan sekuen hipotetik untuk mendapatkan gambaran masa depan.
5.   Delphi, dipakai untuk menentukan sejumlah alternative program, mendapatkan asumsi atau fakta yang melandasi pertimbangan tertentu dengan mencari informasi yang dibutuhkan untuk mencapai consensus.
6.     Heuristik, dipakai untuk mendapatkan isu-isu dan mengakomodasi pendapat yang bertentangan.
7.   Analisis Siklus Kehidupan, dipakai untuk mengalikasikan sumber daya dengan memperhatikan siklus kehidupan produksi (lulusan), proyek, program dan kegiatan pendidikan.
8.    Analisi Nilai Tambah, dipakai untuk mengukur keberhasilan peningkatan lulusan atau pelayanan pendidikan sehingga diperoleh gambaran kontribusi aspek tertentu terhadap aspek lainnya.
9.    Proyeksi, menghasilkan metode pemecahan penduduk lima tahunan, data persekolahan, proyeksi penduduk dan penduduk usia sekolah, proyeksi siswa, proyeksi ruang kelas dan proyeksi kebutuhan guru.
10. Pemecahan Penduduk Usia Lima Tahunan Menjadi Tahunan, diperluakn dalam perencanaan pendidikan karena penduduk menurut usia sekolah dengan data penduduk yang tersedia dari Badan Pusat Statistik (BPS) sering tidak cocok.
11. Proyeksi Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah, diperoleh menggunakan metode komponen berdasarkan asumsi kecenderungan fertilitas, moralitas dan perpindahan penduduk antarprovinsi dan angka pertumbuhan.
12. Proyeksi Siswa dengan Arus Siswa, digunakan asumsi berdasarkan kebijakan, tanpa kebijakan dan gabungan untuk menggunakan metode ini.
13. Proyeksi Kebutuhan Kelas, kebutuhan ini sangat diperlukan terutama dalam rangka perluasan kesempatan belajar.
14.  Proyeksi Siswa/Wajib Belajar Berdasarkan Asal.
15.  Angka Lulusan.
16.  Proyeksi Kebutuhan Guru.
17.  Prediksi Rasio Siswa Per Guru.
18.  Proyeksi Rasio Siswa Per Kelas.
19.  Rasio Kelas Per Guru.
20.  Proyeksi Angka Partisispasi Kasar.
21.  Proyeksi Angka Partisipasi Murni.
22.  Proyeksi Angka Transisi dari Semua Jenjang baik Jalur Sekolah maupun Luar Sekolah.
23.  Proyeksi Jumlah Lulusan SMA/SMK yang diterima di PTN/PTS dan Jumlah Mahasiswa Baru yang di terima di PTN/PTS.
24.  Proyeksi Jumlah Lulusan SMA/SMK yang diterima di Dunia Kerja.
25.  Prediksi Jumlah Mahasiswa yang Lulus dari PTN/PTS.
26.  Prediksi Anggaran Pendidikan untuk Semua Jenjang dan Jalur Pendidikan.
27.  Prediksi ANggaran Pendidikan dari APBD.

Proses Perencanaan Pendidikan
1.      Menurut Banghart dan Trull (1973)
·         Pendahuluan.
·         Mengidentifikasi permaslahan pendidikan.
·         Analisis area masalah perencanaan.
·         Penyusunan konsep dan rencana.
·         Mengevaluasi rencana.
·         Menentukan rencana.
·         Penerapan rencana.
·         Rencana umpan balik.
2.      Menurut Chesswas (1973)
·         Menilai kebutuhan akan pendidikan.
·         Merumuskan tujuan dan sasaran pendidikan.
·         Merumuskan kebijakan dan menentukan prioritas.

Prinsip Perencanaan yang Baik
      Yang perlu diperhatikan adalah:
1.      Keadaan sekarang.
2.      Keberhasilan dan faktor-faktor kritis keberhasilan.
3.      Kegagalan masa lampau.
4.      Potensi tantangan dan kendala yang ada.
5.      Kemampuan merubah kelemahan menjadi kekuatan dan ancaman menjadi peluang analisis.
6.      Mengikutsertakan pihak-pihak terkait.
7.  Mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi, demokratis, transparan, realistis, legalistis, dan praktis.
8.      Jika mungkin mengujicobakan kelayakan perencanaan.

Karakteristik Perencanaan Pendidikan
Karakteristik Perencanaan Pneidikan manurut Gaffar (1978):
1.    Harus mengutamakan nilai-nilai manusiawi.
2.    Harus memberikan kesempatan utuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara optimal.
3.    Harus memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua peserta didik.
4.    Harus komprehensif dan sitematis.
5.    Harus berorientasi pada pembangunan.
6. Harus dikembangkan dengan memperhatikan ketertkaitannya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis.
7.    Harus menggunakan sumber daya secermat mungkin.
8.    Harus berorientasi pada masa yang akan datang.
9.   Harus kenyal dan responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat, tidak statis tetapi dinamis.
10.  Harus merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan.

Koordinasi Perencanaan
       Dilakukan sebagai bagian dari manajemen perencanaan melalui teknik atau peran pengembangan model –model perencanaan yang baku dan telah teruji, dimaksudkan agar terbentuk hubungan kerjasama yang baik antar dan antara institusi perencanaan di pusat dan di daerah, antar daerah dan antar sektor.

Peran Institusi Perencanaan
       Adapun peran institusi perencanaan adalah menyamakan persepsi tentang substansi kebijakan untuk menyelesaikan konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya dan mensinkronkan antara kebijakan dan rencana pelaksanaan yang dilakukan oleh masyarakat, lembaga, atau organisasi sesuai dengan kewenangannya dan institusi berkepentingan membuat rencana strategis.

Teknik Perencanaan
1.  Bar Chat, untuk membuat bar chat adalah macam kegiatan, urutan pekerjaan dan hubungan ketergantungan tiap kegiatan, volume pekerjaan, dan durasi pekerjaan.
2.   Network Planning, adalah alat manjemen yang memungkinkan perencanaan dan pengawasan suatu pekerjaan/proyek menjadi lebih luas dan lengkap.

Praktik Perencanaan Pendidikan
       Dalam praktiknya, sampai saat ini (2005), hamper semua kabupaten dan kota di Indonesia belum memiliki proyeksi pendidikan dari TK sampai SMU/SMK untuk lima tahun atau sepuluh tahun kedepan (2000-2005 atau 2000-2010 atau 2005-2010). Walaupun Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pendidikan setempat pernah mengirimkan stafnya ke Depdiknas Jakarta (2002) untuk mengikuti pelatihan perencanaan pendidikan termasuk proyeksi pendidikan.
       Semua departemen pemerintah mempunyai rencana strategis. Hampir semua daerah menjadikan peningkatan kualitas SDM sebagai slah satu prioritasnya. Akan tetapi proyeksi SDM pendidikan lima tahun ke depan saja belum tentu dimiliki. Oleh sebab itu, renstra hanya sebagai kebijakan diatas kertas saja. Dalam pelaksanaannya banyak yang menyimpang dengan alasan-alasan tertentu.

Hasil Riset
       Hasil penelittian Wongkar (1990) menemukan bahwa perencanaan pendidikanbelum diterapkan di sekolah-sekolah menurut prinsip-prinsip dan metodologi perencanaan pendidikan. Kondisi tersebut dibuktikan sebagai berikut.
1.   Pemahaman tentan aspek-aspek procedural dalam perencanaan pendidikan masih berada pada taraf yang belum memadai karena kondisi sitem dan mekanisme dalam manajemen pendidikan yang menyebabkan para kepala sekolah mempunyai anggapan keliru tentang pentingnya esensi dan lingkup perencanaan pendidikan yanag dapat diterapkan di sekolah, sikap dan perilaku yang melekat pada diri kepala sekolah yang seharusnya berperan dan berfungsi sebagai perencana sesuai kedudukannya sebagai manajer sekolah dalam kenyataannya memandang kegiatan procedural perencanaan pendidikan tidak perlu.
2.      Minat dan perhatian kepala sekolah sebagai perencana tingkat sekolah cenderung tenggelam pada pola pikir jalan pintas karena kegiatan merencanakan sesuai prosedur diapndang sebagai pemborosan.
3.  Ketatnya birokrasi cenderung menjadi penghambat dalam upaya mengembangkan aspek-aspek prosedur perencanaan.
4.  Inisiatif mengkaji apsek-aspek substansi perencanaan pendidikan tidak dilaksanakan karena diangggap tidak penting oleh kepala sekolah, akibatnya model pengembangannya kurang ditemukan kepala sekolah.
5.    Keterpaduan dalam perencanaan pngembangan sekolah hanya dpat diperoleh jika didukung oleh kemampuan professional perencanaan pendidikan.
6.  Ketidak mampuan kepala sekolah dalam perencanaan terpadu diakibatkan karena ketidakmampuan memahami aspek procedural dan substansial perencanaan pendidikan.
7.    Dengan model perencanaan terpadu pengembangan sekolah, memungkinkan terjadinya perubahan perilaku kepala sekolah. Perubahan perilaku ini dapat membebaskan kepala sekolah dari perilaku tertuntun ke perilaku yang lebih antisipasif, responsive, interaktif-dinamik yang akhirnya memberikan kontribusi pada peningkatan produktivitas pembelajaran peserta didik.
   Beradasarkan hasil riset yang dipimpin oleh MacGilChrist dan Motimore (1997) ditemukan topologi rencana sebgai berikut.
1.      Rencana retorika, bersifat tertutup hanya pemilik yang mengetahui.
2.      Rencana kooperatif, hanya dimiliki oelh kepala sekolah.
3.      Rencana korporat, ditetapkan berdasarkan pengalaman dari pembelajaran masyarakat.

ANALISIS MANFAAT BIAYA
Konsep Biaya Pendidikan
1.  Biaya Langsung, terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk keprluan pelaksaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua, maupunsiswa sendiri.
2.  Biaya Tidak Langsung, berupa keuntungan yang hilang dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.

       Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur, sedangkan anggaran dasar penegeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
      Berdasarkan pendekatan unsur biaya, penegluaran sekolah dapat dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran yaitu:
1.      Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran.
2.      Pengeluaran untuk tata usaha sekolah.
3.      Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
4.      Kesejahteraan pegawai.
5.      Administrasi.
6.      Pembinaan teknis edukasi.
7.      Pendataan.

    Analisis biaya manfaat merupakan metodologi yanag banyak dipergunakan dalam melakukan analasis investasi pendidikan, serta dapat embantu para pengambil keputusan dalam menentukan pilihan di antara alternative alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang tinggi.

 Mengukur Biaya Pendidikan
     Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisis biaya satuan per siswa. Biaya satuan per siswa merupakan baiaya rata-rata per siswa yang  dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah.
1. Pendekatan Makro, pola alokasi pendidikan terutama yang bersumber dari pemerintah meningkatkan pengaruh berdasarkan struktur piramida karakteristik. Karakteristik pendidikan yang mempengaruhi biaya, meliputi:
·         Skala gaji guru dan jam terbang mengajar.
·         Penataran dan latihan pra jabatan.
·         Pengelompokkan siswa di sekolah dan didalam kelas.
·         Penggunaan metode dan bahan pengajar.
·         Sitem evaluasi.
·         Supervise pendidikan.
2.   Pendekatan Mikro,  menganilisis biaya pendidikan berdasarkan pengeluaran total dan jumlah biaya menurut jenis dan tingkat pendidikan.

PENGANGGARAN
Konsep Penganggaran
      Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Budget merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu.

Karakteristik dan Fungsi Anggaran
1.  Karakteristik Anggaran, anggaran terdiri dari dua sisi yaitu sisi penerimaan yang merupakan perolehan biaya ditentukan oleh besarnya dana yang diterima oleh lembaga dari setiap sumber dana dan sisi pengeluaran yang terdiri dari alokasi besarnya biaya pendidikan ,untuk setiap komponen yang harys di biayai.
2. Fungsi Anggaran, sebagai alat bantu bagi manajemen dalam mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi dalam posisi yang kuat atau lemah. Tiga jenis golongan manfaat anggaran:
·         Sebagai alat penaksir.
·         Sebagai alat otorisasi pengeluaran dana.
·         Sebagai alat efisiensi, yang merupakan fungsi yang paling esensial dalam pengendalian.

Prinsip-Prinsip dan Prosedur Penyusunan Anggaran
Anggaran harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.  Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam sistem manajemen dan organisasi.
2.     Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakn anggaran.
3.     Adanya penelitian dan anlisis untuk menialai kinerja organisasi.
4.     Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang paling bawah.
  
Tahap Penyususunan Anggaran
1.      Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selam periode anggaran.
2.      Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jas dan barang.
3. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan finansial.
4.  Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan dipergunakan oleh instansi tertentu.
5.      Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang.
6.      Melakukan revisi usulan anggaran.
7.      Persetujuan revisi usulan anggaran.
8.      Pengesahan anggaran.

Bentuk-Bentuk Desain Anggaran
1.     Anggaran Butir Per Butir, merupakan bentuk anggaran yang paling simple dan banyak digunakan.
2.  Anggaran Program, dirancang untuk mengidentifikasi biaya setiap program. Biaya pr butir dihitung berdasarkan jenis butir yang akan dibeli, sedangkan pada anggran program biaya dihitung berdasarkan jenis program.
3.      Anggaran Berdasarkan Hasil, menekankan hasil dan bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran.
4.   Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran, merupakan kerangka kerja dalam perencanaan dengan mengorganisasikan informasi dan menganalisisnya secara sistematis.
5.  Strategi Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah, strategi didefinisikan sebagai keputusan atau tindakan yang berusaha untuk mencapai sasaran organisasi, yang biasanya dipengaruhi oleh misiorganisasi. Enam konsep strategi adalah sebgai berikut:
·         Suatu pola yang intergrity, coherent dan menyatu diantara setiap komponen.
·        Menentukan dan mengembangkan tujusn lembaga yang dinyatakan dalam sasaran jangka pendek, jangka panjang, jangka menengah, program dan prioritasisasi dari alokasi sumber-sumber daya pendidikan.
·   Memilih jenis kemampuan, keterampilan, pengetahuan apa saja yang mungkin akan diperlukan oleh masyarakat di masa yang akan datang.
·      Merespon dengan cepat semua peluang dan ancaman, kelemahan dan keunghulan yang ada dalam bidang lembaga pendidikan.
·   Membangun komitmen dari semua pihak, siswa, orang tua, masyarakat, pemerinah, unit-unit Depdikbud sampai pada internal sekolah untuk bersama-sama meningkatkan mutu sekolah.
·      Menentukan tingkat kontribusi dari setiap input pendidikan yang bermuatan biaya terhadap mutu pendidikan atau prestasi belajar siswa dan angka permintaan masyarakat terhadap lulusan sekolah.

       Dalam melakukan strategi RAPBS, satu hal yang harus diingat bahwa SwOT bukan hal yang sederhana, perlu dipahami terlebih dahulu tentang konsepnya baru kemudian menerapkannya dalam bidang pendidikan dan tentunya untuk menguji kembalikebenaran konsep tersebut.
       Efisiensi internal sangat bergantung pada dua faktor utama, yaitu faktor institusional dan faktor manajerial. Secara institusional , peningkatan efisiensi akan ditentukan oleh keberhasilan sistem pendidikan dalam menjabarkan secara jelastujuan pendidikan ke dalam proses pendidikan pada masing-masing jenjangdan jenis pendidikan dan penyusunan materi dan orientasi, serta struktur program pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan. Efisiensi internal berkaitan dengan aspek-aspek pengelolaan pendidikan yang mengacu pada:
1.      Komponen masukan, seperti karakteristik siswa, guru, biaya dan saranadan prasarana pendidikan.
2.      Proses pendidikan, meliputi pengelolaan PBM dan sekolah.
3.      Keluaran, baik secara kuantitatif dan kualitatif.
Sumber-sumber daya digunakan untuk mencapai efisiensi dengan cara:
1.      Sistem sekolah yang terorganisasi secara efisien.
2.      Kemampuan professional kepala sekolah sebagai pengelola satuan pendidikan.
3.   Mutu masukan yang harus disediakan untuk melaksanakn program pendidikan sebagai garapan ilmu ekonomi pendidikan,pengembangan SDM telah didekati dari susut panadang teori human capital sebagai salah satu penerapan penting dalam investasi pendidikan untuk pemabngunan, khususnya yang menyangkut pertumbuhan ekonomi.

     Upaya-upaya dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan pendidikan perlu diarahkan pada hal-hal pook berikut:
1.      Pemerataan kesempatan memasuki sekolah.
2.      Pemerataan untuk bertahan disekolah.
3.      Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
4.      Pemerataan kesempatan menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat.

     Upaya peningkatan efiseiensi pembiayaan pendidikan dasar (SD) dipandang sebagai prioritas dan strategis dikaitkan dengan lebih 70% tenaga kerja Indonesia hanya berpendidikan SD dan bahkan kurang. Dipandang dari segi ekonomi, pendidikan SD merupakan salah satu cara  untuk meningkatakan kualitas SDM yang dapat memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar peluang untuk lebih mampu berepran serta dalam dinamika kehidupan masyarakat.
     Konsep biaya pendidikan mempunyai makna jika dihbungkan dengan konsep efisiensi, baik secara eksternal maupun secara internal.

DAFTAR PUSTAKA

Usman, Husaini., 2009. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

0 komentar:

Posting Komentar

 

Andhina Zubir Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea