Selasa, 10 Desember 2013

Tinjauan Ekonomi Terhadap Peran Pendidik

Diposting oleh Unknown di 19.35

Pendahuluan
       Pada zaman purba, kebanyakan manusia memperlakukan anak-anaknya secara insting, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunnnya. Insting merupakan pembawaan sejak lahir, suatu sifat yang tidak perlu dipelajari terlebih dahulu. Yang termasuk insting manusia antara lainsikap melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air susu ibu, dan merasakan kehangatan dekapan ibu ( Pidarta, 2009:2).
       Mendidik secara insting segera diikuti oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara mendidik karena perkembangan pikirannya. Demikianlah makin lama makin banyak ragam cara mendidik orang tua terhadap anak-anaknya (Pidarta, 2009:2).
       Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran , perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman, semuanya ditangani oleh pendidik. Berarti mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah membudayakan manusia (Pidarta, 2009:2).
       Hampir semua orang merasakan pendidikan dan melakukan pendidikan. Karena pendidikan tidak terlepas dari kehidupan manusia. Setiap anak akan menerima pendidikan dari orang tuanya, dan ketika mereka telah dewasa maka hal yang sama juga akan mereka lakuakan terhadap anak-anaknya.
       Begitu juga di sekolah, baik itu di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum, hingga Perguruan Tinggi, setiap siswa dan mahasiswa akan dididik oleh seorang pendidik baik itu guru ataupun dosen. Hanya manusia yang membutuhkan pendidikan karena tidak ada makhluk lain yang membutuhkan pendidikan, artinya pendidikan adalah sarana milik manusia.
       Setiap pendidik tentuny memiliki strategi tersendiri untuk mendidik anak didiknya berdasarkan pengetahuan, penalaran dan pengalamannya. Itulah yang dinamakan seni mendidik.
       Seni mendidik ini bukanlah milik khusus teori umum pendidikan, melainkan juga milik pendidikan secara umum dan milik ilmu pendidikan. Sebab ketiga praktik pendidikan ini pada umumnya selalu disertai kiat atau seni mendidik. Masyarakat umum dalam mendidik putra-putrinya di rumah memakai seni mendidik, walaupun mungkin tidak mereka sadari. Para pendidik di Amerika serikat juga memakai seni mendidik. Begitu pula para pendidik di Indonesia (Pidarta, 2009:6).
       Menyinggung peran pendidik dalam mendidik peserta didik, maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai tinjauan ekonomi terhadap peran peserta didik.

Pandangan Ekonomi terhadap Peran Pendidik
       Pada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi disbanding kesjahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian terbesar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah (Kadir., dkk, 2012:100).
       Kecenderungan tersebut diatas sangat dipengaruhi oleh perkembangan budaya, terutama dalam bidang teknolohi, kesenian, dan pariwisata. Berbagai produk baru yang semakin canggih ditawarkan, berbagai perlengkapan hidup dengan model dan desain yang semakin menarik di pajang ditoko-toko, dan para pemandu wisata secara gencar menarik wisatawan dengan daerah-daerah wisatanya yang menjanjikan kekaguman. Situasi seperti ini membuat orang-orang berusaha mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk memenuhi seleranya (Kadir., dkk, 2012:100).
       Di samping pemenuhan selera tersebut, manusia pada umumnya tidak bias bebas dari kebutuhan akan ekonomi. Sebab kebutuhan dasar manusia membutuhkan ekonomi. Ini berarti orang tidak mampu pun memerlukan uang untuk mengisi perutnya dan sekadar berteduh di waktu malam. Dengan demikian, pembahasan tentang ekonomi tidak hanya menyangkut orang-orang kaya, melainkan untuk semua orang, termasuk orang dan dunia pendidikan yang ditekuninya (Kadir., dkk, 2012:101).
       Adapun peran ekonomi dalam pendidikan adalah dimana perkembangan ekonomi makro berpengaruh dalam bidang pendidikan. Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bias bersekolah, terlepas dari apakah karena dorongan hati sendiri atau berkat imbauan pemerintah yang tidak pernah berhenti. Sikap dan tindakan seperti ini sangat terpuji, bukan karena hanya bersifat perikemanusiaan, melainkan dalam upaya membantu menyukseskan wajib belajar Sembilan tahun. Mereka telah menyisihkan sebagian dari rezekinya untuk beramal bagi yang memerlukan. Tindakan seperti ini patut dicontoh oleh mereka yang kaya tetapi belum menjadi anak angkat (Kadir., dkk, 2012:101 ).
       Perkembangan lainnya yaitu terlaksanya sistem ganda dalam pendidikan, dimana dapat berlangsung pada sejumlah lembaga pendidikan, dengan adanya kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses pembelajaran para siswa yaitu berkat kesadaran para pemimpin perusahaan atau industri akan pentingnya pendidikan. Sumbangan yang paling berarti bagi pendidikan adalah ikut menangani proses pendidikan itu sendiri dalam batas-batas kemampuan mereka masing-masing. Seperti diketahui, sistem ganda ini diadakan dalam rangka mengembangkan keterampilan para siswa. Pengembangan ini memerlukan alat-alat belajar yang cukup banyak jumlah dan jenisnya. Sementara itu sebagian sekolah tidak memilikinya, yang merupakan salah satu hambatan utama bagi sekolah. Berkat Uluran tangan para pengusaha, maka secara pelan-pelan alat-alat belajar ini bisa dipenuhi. Dalam sistem ini para siswa belajar di dua tempat yaitu sekolah dan di perusahaan (Pidarta, 2009:240).
          Ada juga yang dinamkan sekolah unggul yang didirikan oleh orang-orang kaya yang tersebar di Indonesia. Kondisi sekolahnya pun berbeda dari sekolah-sekolah pada umumnya, karena sarana dan prasarananya pun lebih unggul, Program belajarnya lebih bermacam-macam, proses belajarnya pun lebih baik, begitu juga dalam menggaji pendidik-pendidiknya. Sekolah-sekolah unggul ini tetap diterima oleh Negara dan masyarakat, selama tetap mengikuti aturan atau perundangan-undangan dari pemerintah tentang pendidikan.
       Jadi, inti dari tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Tidal menolak pekerjaan secara kasar, menyadari akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apa pun ( Pidarta: 2009:240).
       Adapun peran ekonomi pada kehidupan yang pada umumnya orang-orang mengatakan kehidupan seseorang meningkat atau menurun selalu dikaitkan dengan perekonomian orang tersebut. Mulai dari rumah yang dimiliki, jenis kendaraan yang dipakai, perhiasan atau macam pakaian yang biasa dipakai, menu makanan sehari-hari, dan gaya hidup. Jarang sekali orang mengaitkan naik turunnya keidupan dengan yingkat kedamaian hati, kebahagiaan keluarga, kejujuran atau kesucian hidup seseorang. Padahal bathin juga merupakan suatu kehidupan (Pidarta, 2009:244).
       Artinya ekonomi memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, walaupun manusia-manusia tersebut pada dasarnya mengetahui bahwa kehidupan yang gemerlap dengan harta yang berlimpah tidak menjamin bahwa hidup akan bahagia, karena keanyakan manusia tidak dapat menahan diri untuk mendapatkan uang sebanyk-banyaknya demi mencapai tingkat ekonomi yang tinggi.
       Analog dengan tingkat kehidupan keluarga, tingkat kehidupan sekolah atau perguruan tinggi pun sangat ditentukan oleh kondisi ekonominya masing-masing. Sekolah atau perguruan tinggi pun sangat ditentukan oleh kondisi ekonominya masing-masing. Sekolah atau perguruan tinggi yang kaya akan bias hidup lebih leluasa, karena semua jenis pembiayaan dapat diberi dana sebagaimana mestinya. Malah masih ada sekolah yang masih memiliki sisa dana yang disimpan di bank agar mendapat bunga sebagai dana tambahan. Sebaliknya sekolah atau perguruan tinggi yang miskin sangat sulit bergerak, menggaji guru atau dosen saja masih sulit apalagi membuat gedung atau membeli perlengkapan belajar yang canggih sangat tidak mungkin (Pidarta, 2009:245).
       Pesekolahan di Indonesia sebagian besar masih lemah ekonominya. Memang hampir semuanya sudah punya gedung, walaupun tidak megah tetapi perlengkapan belajarnya masih minim. Juga kesjahteraan guru dan dosennya belum memadai. Lebih-lebih bagi guru di sekolah Dasar, keadaannya sangat menyedihkan sehingga sebagian terbesar dari mereka terpaksa mencari sambilan di luar untuk menutupi ekonominya. Hal ini bisa terjadi karena keterbatasan dana dari pemerintah maupun dari yayasan (Pidarta, 2009:246).
      
Ekonomi Pendidikan
          Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan, tetapi bukan pemegang peranan utama. Sebab ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu pendidikan. Memang benar dalam dunia modern ini lebih-lebih pada zaman pasca modern seperti sekarang, hamper semuanya dikendalikan oleh uang.  Sehingga tidak mengherankan kalau tujuan kebanyakan orang bersekolah adalah agar bisa mencari uang atau meningkatkan penghasilan. Akibatnya masyarakat yang hidupnya untuk mencari uang menjadi super sibuk dalam urusan bisnis. Situasi seperti ini tampak sekali di kota-kota besar ( Pidarta, 2009:255).
       Dunia pendidikan adalah lembaga yng berkewajiban menegmbangkan individu manusia. Kearah mana tujuan hidup seseorang dan hidup yang bagaimana diinginkannya banyak dipengaruhi oleh pendidikan yang dia terima di sekolah dan perguruan tinggi. Melihat kenyataan tersebut diatas, sudah tentu pendidikan tidak akan membawa peserta didik kearah hidup yang  membingungkan, menyusahkan, dan sengsmembingungkan, menyusahkan, dan sengsara, walaupun bias mencari uang. Ini berarti dunia pendidikan bukan bisnis tempat berlatih  mencari uang, melainkan dunia pembinaan tempat peserta didik belajar agar bisa hidup wajar dan damai (Pidarta, 2009:255).
       Sebagai tempat pembinaan, pendidikan tidak memandang ekonomi sebagai pemeran utama seperti halnya di dunia bisnis. Ekonomi hanya sebagai pemegang peran yang cukup menentukan. Sebab tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan berjalan dengan baik dan lancar. Sekolah yang roboh karena gempa atau disapu oleh gelombang Tsunami, membuat anak-anak dan guru-guru mrngungsi ketempat lainseperti balai desa atau tempat ibadah untuk belajar. Situasi  seperti ini tentu mengurangi intensitas proses pembelajaran ( Pidarta, 2009:256).
       Atau sekolah yang tidak mampu membeli bangku, meja dan kursi akan membuat anak-anak belajar di lantai sambil duduk-duduk atau berbaring. Hal ini dapat mengurangi minat anak belajar. Sekolah yang tidak mempunyai alat peraga akan membuat anak-anak akan pelajaran itu menjadi dangkal. Sekolah yang tidak mampu membeli buku baru, akan membuat pengetahuan yang diberikan pada anak-anak ketinggalan zaman. Sekolah dengan SPP yang terlalu kecil membuat guru-guru harus bekerja keras mencri tambahan di luar, yang membuat perhatian mereka berkurang dalam mengajar. Demikian besar dampak negatif pendidikan yang ekonominya terbatas ( Pidarta, 2009:256).
         Namun situasi tersebut di atas, tidak mesti mengakibatkan suatu sekolah menjadi mati. Ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi yaitu dedikasi, keahlian dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya. Sebetulnya inilah merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah atau perguruan tinggi. Artinya, kalau pengelola/penyelenggara dan guru-guru/dosen-dosen memiliki dedikasi yang memadai, ahli dalam bidangnya masing-masing dan memiliki keterampilan yang mencukupi dalam melaksanakan tugasnya, besar kemungkinan lembaga itu akan sukses melaksanakan misinya, walaupun dengan ekonomi yang tidak memadai (Pidarta, 2009:256).
          Contohnya di perguruan tinggi Santiniketan di Indonesia yang dikelola oleh Rabindranat Tagore, yang memiliki semangat dan cita-cita tinggi untuk membina peserta didik, mereka belajar dibawah pohon-pohon rindang agar terhindar dari panas dan hujan sambil mendengarkan guru bercerita. Para siswa belajar sambil bekerja, untuk mencari nafkah dan bertahan hidup seperti bercocok tanam, beternak, menegerjakan kerajinan tangan dan lain sebagainya di lingkungan perguruan tinggi tersebut. Siswa dan guru hidup bersama dalam sebuah asrama. Kerjasama, gotong-royong dan toleransinya sangat besar. Peserta didik sangat patuh kepada gurunya. Artinya walaupun perguruan tinggi tersebut tidak memiliki tunjangan dana yang memadai namun tetap bias berdiri, dan semakin maju berkat dedikasi, keterampilan, dan keahlian pengelola dan guru-gurunya.

Peranan Guru dalam Administrasi Prasarana dan Sarana
       Jika dalam segi ekonomi mencakup hal pengadaan sarana dan prasarana pendidikan maka guru pun memiliki andil dalam administrasi prasaran dan saran pendidikan. Dalam hal ini guru lebih banyak berhubungan dengan sarana pengajaran, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran lainnya dibandingkan dengan keterlibatannya dengan prasarana pendidikan yang tidak langsung berhubungan.
       Adapun peranan guru dalam administrasi prasaran dan sarana dimulai dari perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan, serta pengawasan penggunaan prasarana dan sarana yang dimaksud (Soetjipto dan Kosasi, 1994:173).
  1. Perencanaan
Guru sekolah menengah dituntut untuk memikirkan sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan oleh sekolah supaya hal tersebut fungsional dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Perencanaan pengadaan barang menuntut keterlibatan guru karena semua barang yang dipergunakan dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan rancangan kegiatan belajar tersebut. Perencanaan pengadaan barang tersebut diantaranya adalah pengadaan alat pengajaran dan media pengajaran. Dalam hal ini, guru harus merencanakan pengadaan prasarana dan sarana sesuai dengan kenutuhan proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu begitu juga dengan manfaat-manfaatnya.
  1. Pemanfaatan dan Pemeliharaan
Guru harus dapat memafaatkan segala sarana seoptimal mungkin dan bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan pemakaian sarana dan prasarana pengajaran yang ada begitu juga dengan penempatannya. Perawatan prasarana dan sarana secara sederhana yang tidak harus membutuhkan keahlian profesional, dapat dilakukan oleh guru.     
  1. Pengawasan dan Penggunaan
Apabila sarana dan prasarana pendidikan itu digunakan oleh siswa yang ada di kelasnya, maka tugas guru adalah melakukan pengawasan atau memberikan arahan agar siswa dapat menggunakan atau memakai sarana dan prasarana pendidikan itu sebagaimana mestinya.

Peranan Penting Seorang Guru dalam Acara Pembelajaran
       Guru memiliki peranan penting dalam acara pembelajaran. Diantara peranan guru tersebut seperti di dalam buku Hakikat Belajar dan Pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruh.
  2. Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh.
  3. Bertindak sebagai guru yang mendidik.
  4. Meningkatkan profesionalitas keguruan.
  5. Melakukan pembelajaran sesuai dengan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, bahan belajar dan kondisi sekolah setempat. Penyesuaian tersebut dilakukan untuk peningkatan mutu belajar.
  6. Dalam berhadapan dengan siswa, guru berperan seagai fasilitas belajar, pembimbing belajar dan pemberi balikan belajar. Dengan adanya peran-peran tersebut, maka sebagai pembelajar guru adalah pembelajar sepanjang hayat (Winkel, 1991; Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; Biggs & Telfer, 1987). 
       Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Ekonomi pendidikan sama fungsinya dengan sumber-sumber pendidikan yang lain seperti guru, kurikulum, alat peraga, dan sebagainya untuk menyukseskan misi pendidikan. Ekonomi merupakan salah satu bagian sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan afeksi, kognisi, dan keterampilan. Termasuk memiliki keterampilan tertentu untuk bisa menjadi tenaga kerja yang andal atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, cinta pada pekerjaan halus maupun kasar, memilki etos kerja dan bisa hidup hemat (Pidarta, 2009:258).
       Begitu juga dengan kesejahteraan guru bagaimana mestinya ekonomi dapat menunjang kedupan pendidik sebaik mungkin, agar tidak ada lagi guru-guru yang tingkat kehidupannya sulit dalam bidang ekonomi, sehingga akan berdampak baik dalam proses pembelajaran terhadapa siswa, karena jika tidak maka guru tidak hanya terfokus pada proses pembelajaran terhadap siswa tetapi juga memikirkan pekerjaannya di luar jam mengajar, sehingga akan mengganggu konsentrasi guru dalam mendidik siswanya.

Kesimpulan
       Berarti mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidup dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya.
       Mendidik adalah membudayakan manusia. Adapun peran ekonomi dalam pendidikan adalah dimana perkembangan ekonomi makro berpengaruh dalam bidang pendidikan. Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bias bersekolah, terlepas dari apakah karena dorongan hati sendiri atau berkat imbauan pemerintah yang tidak pernah berhenti. Sikap dan tindakan seperti ini sangat terpuji, bukan karena hanya bersifat perikemanusiaan, melainkan dalam upaya membantu menyukseskan wajib belajar Sembilan tahun.
       Sebagai tempat pembinaan, pendidikan tidak memandang ekonomi sebagai pemeran utama seperti halnya di dunia bisnis. Ekonomi hanya sebagai pemegang peran yang cukup menentukan. Sebab tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan berjalan dengan baik dan lancar. Sekolah yang roboh karena gempa atau disapu oleh gelombang Tsunami, membuat anak-anak dan guru-guru mrngungsi ketempat lainseperti balai desa atau tempat ibadah untuk belajar. Situasi  seperti ini tentu mengurangi intensitas proses pembelajaran.
       Adapun peranan guru dalam administrasi prasaran dan sarana dimulai dari perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan, serta pengawasan penggunaan prasarana dan sarana.
       Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Ekonomi pendidikan sama fungsinya dengan sumber-sumber pendidikan yang lain seperti guru, kurikulum, alat peraga, dan sebagainya untuk menyukseskan misi pendidikan. Ekonomi merupakan salah satu bagian sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan afeksi, kognisi, dan keterampilan. Termasuk memiliki keterampilan tertentu untuk bisa menjadi tenaga kerja yang andal atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, cinta pada pekerjaan halus maupun kasar, memilki etos kerja dan bisa hidup hemat
       Begitu juga dengan kesejahteraan guru bagaimana mestinya ekonomi dapat menunjang kedupan pendidik sebaik mungkin, agar tidak ada lagi guru-guru yang tingkat kehidupannya sulit dalam bidang ekonomi, sehingga akan berdampak baik dalam proses pembelajaran terhadapa siswa, karena jika tidak maka guru tidak hanya terfokus pada proses pembelajaran terhadap siswa tetapi juga memikirkan pekerjaannya di luar jam mengajar, sehingga akan mengganggu konsentrasi guru dalam mendidik siswanya.

Daftar Pustaka

Kadir, A., dkk. (2012). Dasar-dasar pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Budiningsih, C. A. (2004). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Soetjipto., dan Raflis Kosasi. (1994). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Pidarta, M. (2009). Landasan kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Soetopo., dan Yulie Sudartati. (2009). Bekal Menjadi Guru Profesional. Surakarta: Depdikbud

0 komentar:

Posting Komentar

 

Andhina Zubir Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea