Pendahuluan
Pada zaman purba, kebanyakan manusia memperlakukan anak-anaknya secara
insting, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunnnya. Insting
merupakan pembawaan sejak lahir, suatu sifat yang tidak perlu dipelajari
terlebih dahulu. Yang termasuk insting manusia antara lainsikap melindungi
anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air susu ibu,
dan merasakan kehangatan dekapan ibu ( Pidarta, 2009:2).
Mendidik secara insting segera diikuti
oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu
menciptakan cara-cara mendidik karena perkembangan pikirannya. Demikianlah
makin lama makin banyak ragam cara mendidik orang tua terhadap anak-anaknya
(Pidarta, 2009:2).
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal,
yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari
perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran , perasaan, kemauan,
sosial, sampai kepada perkembangan iman, semuanya ditangani oleh pendidik. Berarti
mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia
meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Mendidik adalah
membudayakan manusia (Pidarta, 2009:2).
Hampir semua orang merasakan pendidikan
dan melakukan pendidikan. Karena pendidikan tidak terlepas dari kehidupan
manusia. Setiap anak akan menerima pendidikan dari orang tuanya, dan ketika
mereka telah dewasa maka hal yang sama juga akan mereka lakuakan terhadap
anak-anaknya.
Begitu juga di sekolah, baik itu di
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum, hingga
Perguruan Tinggi, setiap siswa dan mahasiswa akan dididik oleh seorang pendidik
baik itu guru ataupun dosen. Hanya manusia yang membutuhkan pendidikan karena
tidak ada makhluk lain yang membutuhkan pendidikan, artinya pendidikan adalah
sarana milik manusia.
Setiap pendidik tentuny memiliki
strategi tersendiri untuk mendidik anak didiknya berdasarkan pengetahuan,
penalaran dan pengalamannya. Itulah yang dinamakan seni mendidik.
Seni mendidik ini bukanlah milik khusus
teori umum pendidikan, melainkan juga milik pendidikan secara umum dan milik
ilmu pendidikan. Sebab ketiga praktik pendidikan ini pada umumnya selalu
disertai kiat atau seni mendidik. Masyarakat umum dalam mendidik putra-putrinya
di rumah memakai seni mendidik, walaupun mungkin tidak mereka sadari. Para
pendidik di Amerika serikat juga memakai seni mendidik. Begitu pula para
pendidik di Indonesia (Pidarta, 2009:6).
Menyinggung peran pendidik dalam
mendidik peserta didik, maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai
tinjauan ekonomi terhadap peran peserta didik.
Pandangan Ekonomi terhadap Peran
Pendidik
Pada zaman pasca modern atau globalisasi
sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan
kesejahteraan materi disbanding kesjahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat
perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual.
Sebagian terbesar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah (Kadir.,
dkk, 2012:100).
Kecenderungan tersebut diatas sangat
dipengaruhi oleh perkembangan budaya, terutama dalam bidang teknolohi,
kesenian, dan pariwisata. Berbagai produk baru yang semakin canggih ditawarkan,
berbagai perlengkapan hidup dengan model dan desain yang semakin menarik di
pajang ditoko-toko, dan para pemandu wisata secara gencar menarik wisatawan
dengan daerah-daerah wisatanya yang menjanjikan kekaguman. Situasi seperti ini
membuat orang-orang berusaha mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk memenuhi
seleranya (Kadir., dkk, 2012:100).
Di samping pemenuhan selera tersebut,
manusia pada umumnya tidak bias bebas dari kebutuhan akan ekonomi. Sebab
kebutuhan dasar manusia membutuhkan ekonomi. Ini berarti orang tidak mampu pun
memerlukan uang untuk mengisi perutnya dan sekadar berteduh di waktu malam.
Dengan demikian, pembahasan tentang ekonomi tidak hanya menyangkut orang-orang
kaya, melainkan untuk semua orang, termasuk orang dan dunia pendidikan yang
ditekuninya (Kadir., dkk, 2012:101).
Adapun peran ekonomi dalam pendidikan
adalah dimana perkembangan ekonomi makro berpengaruh dalam bidang pendidikan.
Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar
anak-anak dari orang tidak mampu bias bersekolah, terlepas dari apakah karena
dorongan hati sendiri atau berkat imbauan pemerintah yang tidak pernah
berhenti. Sikap dan tindakan seperti ini sangat terpuji, bukan karena hanya
bersifat perikemanusiaan, melainkan dalam upaya membantu menyukseskan wajib
belajar Sembilan tahun. Mereka telah menyisihkan sebagian dari rezekinya untuk
beramal bagi yang memerlukan. Tindakan seperti ini patut dicontoh oleh mereka
yang kaya tetapi belum menjadi anak angkat (Kadir., dkk, 2012:101 ).
Perkembangan lainnya yaitu terlaksanya
sistem ganda dalam pendidikan, dimana dapat berlangsung pada sejumlah lembaga
pendidikan, dengan adanya kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam
proses pembelajaran para siswa yaitu berkat kesadaran para pemimpin perusahaan
atau industri akan pentingnya pendidikan. Sumbangan yang paling berarti bagi
pendidikan adalah ikut menangani proses pendidikan itu sendiri dalam
batas-batas kemampuan mereka masing-masing. Seperti diketahui, sistem ganda ini
diadakan dalam rangka mengembangkan keterampilan para siswa. Pengembangan ini
memerlukan alat-alat belajar yang cukup banyak jumlah dan jenisnya. Sementara
itu sebagian sekolah tidak memilikinya, yang merupakan salah satu hambatan
utama bagi sekolah. Berkat Uluran tangan para pengusaha, maka secara
pelan-pelan alat-alat belajar ini bisa dipenuhi. Dalam sistem ini para siswa
belajar di dua tempat yaitu sekolah dan di perusahaan (Pidarta, 2009:240).
Ada juga yang dinamkan sekolah unggul yang
didirikan oleh orang-orang kaya yang tersebar di Indonesia. Kondisi sekolahnya
pun berbeda dari sekolah-sekolah pada umumnya, karena sarana dan prasarananya
pun lebih unggul, Program belajarnya lebih bermacam-macam, proses belajarnya
pun lebih baik, begitu juga dalam menggaji pendidik-pendidiknya.
Sekolah-sekolah unggul ini tetap diterima oleh Negara dan masyarakat, selama
tetap mengikuti aturan atau perundangan-undangan dari pemerintah tentang
pendidikan.
Jadi, inti dari tujuan pendidikan ini
adalah membentuk mental yang positif atau cinta terhadap prestasi, cara kerja
dan hasil kerja yang sempurna. Tidal menolak pekerjaan secara kasar, menyadari
akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apa pun (
Pidarta: 2009:240).
Adapun peran ekonomi pada kehidupan yang
pada umumnya orang-orang mengatakan kehidupan seseorang meningkat atau menurun
selalu dikaitkan dengan perekonomian orang tersebut. Mulai dari rumah yang
dimiliki, jenis kendaraan yang dipakai, perhiasan atau macam pakaian yang biasa
dipakai, menu makanan sehari-hari, dan gaya hidup. Jarang sekali orang
mengaitkan naik turunnya keidupan dengan yingkat kedamaian hati, kebahagiaan
keluarga, kejujuran atau kesucian hidup seseorang. Padahal bathin juga
merupakan suatu kehidupan (Pidarta, 2009:244).
Artinya ekonomi memegang peran yang
sangat penting dalam kehidupan manusia, walaupun manusia-manusia tersebut pada
dasarnya mengetahui bahwa kehidupan yang gemerlap dengan harta yang berlimpah
tidak menjamin bahwa hidup akan bahagia, karena keanyakan manusia tidak dapat
menahan diri untuk mendapatkan uang sebanyk-banyaknya demi mencapai tingkat
ekonomi yang tinggi.
Analog dengan tingkat kehidupan
keluarga, tingkat kehidupan sekolah atau perguruan tinggi pun sangat ditentukan
oleh kondisi ekonominya masing-masing. Sekolah atau perguruan tinggi pun sangat
ditentukan oleh kondisi ekonominya masing-masing. Sekolah atau perguruan tinggi
yang kaya akan bias hidup lebih leluasa, karena semua jenis pembiayaan dapat
diberi dana sebagaimana mestinya. Malah masih ada sekolah yang masih memiliki
sisa dana yang disimpan di bank agar mendapat bunga sebagai dana tambahan.
Sebaliknya sekolah atau perguruan tinggi yang miskin sangat sulit bergerak,
menggaji guru atau dosen saja masih sulit apalagi membuat gedung atau membeli
perlengkapan belajar yang canggih sangat tidak mungkin (Pidarta, 2009:245).
Pesekolahan di Indonesia sebagian besar
masih lemah ekonominya. Memang hampir semuanya sudah punya gedung, walaupun
tidak megah tetapi perlengkapan belajarnya masih minim. Juga kesjahteraan guru
dan dosennya belum memadai. Lebih-lebih bagi guru di sekolah Dasar, keadaannya
sangat menyedihkan sehingga sebagian terbesar dari mereka terpaksa mencari
sambilan di luar untuk menutupi ekonominya. Hal ini bisa terjadi karena
keterbatasan dana dari pemerintah maupun dari yayasan (Pidarta, 2009:246).
Ekonomi Pendidikan
Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan,
tetapi bukan pemegang peranan utama. Sebab ada hal lain yang lebih menentukan
hidup matinya dan maju mundurnya suatu pendidikan. Memang benar dalam dunia
modern ini lebih-lebih pada zaman pasca modern seperti sekarang, hamper
semuanya dikendalikan oleh uang.
Sehingga tidak mengherankan kalau tujuan kebanyakan orang bersekolah
adalah agar bisa mencari uang atau meningkatkan penghasilan. Akibatnya
masyarakat yang hidupnya untuk mencari uang menjadi super sibuk dalam urusan
bisnis. Situasi seperti ini tampak sekali di kota-kota besar ( Pidarta,
2009:255).
Dunia pendidikan adalah lembaga yng
berkewajiban menegmbangkan individu manusia. Kearah mana tujuan hidup seseorang
dan hidup yang bagaimana diinginkannya banyak dipengaruhi oleh pendidikan yang
dia terima di sekolah dan perguruan tinggi. Melihat kenyataan tersebut diatas,
sudah tentu pendidikan tidak akan membawa peserta didik kearah hidup yang membingungkan, menyusahkan, dan
sengsmembingungkan, menyusahkan, dan sengsara, walaupun bias mencari uang. Ini
berarti dunia pendidikan bukan bisnis tempat berlatih mencari uang, melainkan dunia pembinaan
tempat peserta didik belajar agar bisa hidup wajar dan damai (Pidarta,
2009:255).
Sebagai tempat pembinaan, pendidikan
tidak memandang ekonomi sebagai pemeran utama seperti halnya di dunia bisnis.
Ekonomi hanya sebagai pemegang peran yang cukup menentukan. Sebab tanpa ekonomi
yang memadai dunia pendidikan tidak akan berjalan dengan baik dan lancar.
Sekolah yang roboh karena gempa atau disapu oleh gelombang Tsunami, membuat anak-anak
dan guru-guru mrngungsi ketempat lainseperti balai desa atau tempat ibadah
untuk belajar. Situasi seperti ini tentu
mengurangi intensitas proses pembelajaran ( Pidarta, 2009:256).
Atau sekolah yang tidak mampu membeli
bangku, meja dan kursi akan membuat anak-anak belajar di lantai sambil
duduk-duduk atau berbaring. Hal ini dapat mengurangi minat anak belajar.
Sekolah yang tidak mempunyai alat peraga akan membuat anak-anak akan pelajaran
itu menjadi dangkal. Sekolah yang tidak mampu membeli buku baru, akan membuat
pengetahuan yang diberikan pada anak-anak ketinggalan zaman. Sekolah dengan SPP
yang terlalu kecil membuat guru-guru harus bekerja keras mencri tambahan di
luar, yang membuat perhatian mereka berkurang dalam mengajar. Demikian besar dampak
negatif pendidikan yang ekonominya terbatas ( Pidarta, 2009:256).
Namun situasi tersebut di atas, tidak mesti
mengakibatkan suatu sekolah menjadi mati. Ada hal lain yang lebih menentukan
hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan
ekonomi yaitu dedikasi, keahlian dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya.
Sebetulnya inilah merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah atau perguruan
tinggi. Artinya, kalau pengelola/penyelenggara dan guru-guru/dosen-dosen memiliki
dedikasi yang memadai, ahli dalam bidangnya masing-masing dan memiliki
keterampilan yang mencukupi dalam melaksanakan tugasnya, besar kemungkinan
lembaga itu akan sukses melaksanakan misinya, walaupun dengan ekonomi yang
tidak memadai (Pidarta, 2009:256).
Contohnya di perguruan tinggi Santiniketan di
Indonesia yang dikelola oleh Rabindranat Tagore, yang memiliki semangat dan
cita-cita tinggi untuk membina peserta didik, mereka belajar dibawah
pohon-pohon rindang agar terhindar dari panas dan hujan sambil mendengarkan
guru bercerita. Para siswa belajar sambil bekerja, untuk mencari nafkah dan
bertahan hidup seperti bercocok tanam, beternak, menegerjakan kerajinan tangan
dan lain sebagainya di lingkungan perguruan tinggi tersebut. Siswa dan guru hidup
bersama dalam sebuah asrama. Kerjasama, gotong-royong dan toleransinya sangat
besar. Peserta didik sangat patuh kepada gurunya. Artinya walaupun perguruan
tinggi tersebut tidak memiliki tunjangan dana yang memadai namun tetap bias
berdiri, dan semakin maju berkat dedikasi, keterampilan, dan keahlian pengelola
dan guru-gurunya.
Peranan Guru dalam Administrasi
Prasarana dan Sarana
Jika dalam segi ekonomi mencakup hal pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan maka guru pun memiliki andil dalam administrasi prasaran
dan saran pendidikan. Dalam hal ini guru lebih banyak berhubungan dengan sarana
pengajaran, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran lainnya
dibandingkan dengan keterlibatannya dengan prasarana pendidikan yang tidak langsung
berhubungan.
Adapun peranan guru dalam administrasi
prasaran dan sarana dimulai dari perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan,
serta pengawasan penggunaan prasarana dan sarana yang dimaksud (Soetjipto dan
Kosasi, 1994:173).
- Perencanaan
Guru sekolah menengah dituntut untuk
memikirkan sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan oleh sekolah supaya
hal tersebut fungsional dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Perencanaan
pengadaan barang menuntut keterlibatan guru karena semua barang yang dipergunakan
dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan rancangan kegiatan belajar
tersebut. Perencanaan pengadaan barang tersebut diantaranya adalah pengadaan
alat pengajaran dan media pengajaran. Dalam hal ini, guru harus merencanakan
pengadaan prasarana dan sarana sesuai dengan kenutuhan proses belajar mengajar
dalam kurun waktu tertentu begitu juga dengan manfaat-manfaatnya.
- Pemanfaatan dan Pemeliharaan
Guru harus dapat memafaatkan segala
sarana seoptimal mungkin dan bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan
pemakaian sarana dan prasarana pengajaran yang ada begitu juga dengan
penempatannya. Perawatan prasarana dan sarana secara sederhana yang tidak harus
membutuhkan keahlian profesional, dapat dilakukan oleh guru.
- Pengawasan dan Penggunaan
Apabila sarana dan prasarana
pendidikan itu digunakan oleh siswa yang ada di kelasnya, maka tugas guru
adalah melakukan pengawasan atau memberikan arahan agar siswa dapat menggunakan
atau memakai sarana dan prasarana pendidikan itu sebagaimana mestinya.
Peranan Penting Seorang Guru dalam
Acara Pembelajaran
Guru memiliki peranan penting dalam acara pembelajaran.
Diantara peranan guru tersebut seperti di dalam buku Hakikat Belajar dan
Pembelajaran adalah sebagai berikut:
- Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruh.
- Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh.
- Bertindak sebagai guru yang mendidik.
- Meningkatkan profesionalitas keguruan.
- Melakukan pembelajaran sesuai dengan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa, bahan belajar dan kondisi sekolah setempat. Penyesuaian tersebut dilakukan untuk peningkatan mutu belajar.
- Dalam berhadapan dengan siswa, guru berperan seagai fasilitas belajar, pembimbing belajar dan pemberi balikan belajar. Dengan adanya peran-peran tersebut, maka sebagai pembelajar guru adalah pembelajar sepanjang hayat (Winkel, 1991; Monks, Knoers, Siti Rahayu, 1989; Biggs & Telfer, 1987).
Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah
untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk
dikembangkan, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Ekonomi pendidikan sama
fungsinya dengan sumber-sumber pendidikan yang lain seperti guru, kurikulum,
alat peraga, dan sebagainya untuk menyukseskan misi pendidikan. Ekonomi
merupakan salah satu bagian sumber pendidikan yang membuat anak mampu
mengembangkan afeksi, kognisi, dan keterampilan. Termasuk memiliki keterampilan
tertentu untuk bisa menjadi tenaga kerja yang andal atau mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri, cinta pada pekerjaan halus maupun kasar, memilki etos
kerja dan bisa hidup hemat (Pidarta, 2009:258).
Begitu juga dengan kesejahteraan guru
bagaimana mestinya ekonomi dapat menunjang kedupan pendidik sebaik mungkin,
agar tidak ada lagi guru-guru yang tingkat kehidupannya sulit dalam bidang
ekonomi, sehingga akan berdampak baik dalam proses pembelajaran terhadapa
siswa, karena jika tidak maka guru tidak hanya terfokus pada proses
pembelajaran terhadap siswa tetapi juga memikirkan pekerjaannya di luar jam
mengajar, sehingga akan mengganggu konsentrasi guru dalam mendidik siswanya.
Kesimpulan
Berarti
mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan
hidup dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya.
Mendidik adalah membudayakan manusia. Adapun peran ekonomi dalam
pendidikan adalah dimana perkembangan ekonomi makro berpengaruh dalam bidang
pendidikan. Cukup banyak orang kaya sudah mau secara sukarela menjadi bapak
angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bias bersekolah, terlepas dari
apakah karena dorongan hati sendiri atau berkat imbauan pemerintah yang tidak
pernah berhenti. Sikap dan tindakan seperti ini sangat terpuji, bukan karena
hanya bersifat perikemanusiaan, melainkan dalam upaya membantu menyukseskan
wajib belajar Sembilan tahun.
Sebagai tempat pembinaan, pendidikan
tidak memandang ekonomi sebagai pemeran utama seperti halnya di dunia bisnis.
Ekonomi hanya sebagai pemegang peran yang cukup menentukan. Sebab tanpa ekonomi
yang memadai dunia pendidikan tidak akan berjalan dengan baik dan lancar.
Sekolah yang roboh karena gempa atau disapu oleh gelombang Tsunami, membuat
anak-anak dan guru-guru mrngungsi ketempat lainseperti balai desa atau tempat
ibadah untuk belajar. Situasi seperti ini
tentu mengurangi intensitas proses pembelajaran.
Adapun peranan guru dalam administrasi
prasaran dan sarana dimulai dari perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan,
serta pengawasan penggunaan prasarana dan sarana.
Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan
adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal
untuk dikembangkan, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Ekonomi pendidikan sama
fungsinya dengan sumber-sumber pendidikan yang lain seperti guru, kurikulum,
alat peraga, dan sebagainya untuk menyukseskan misi pendidikan. Ekonomi
merupakan salah satu bagian sumber pendidikan yang membuat anak mampu
mengembangkan afeksi, kognisi, dan keterampilan. Termasuk memiliki keterampilan
tertentu untuk bisa menjadi tenaga kerja yang andal atau mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri, cinta pada pekerjaan halus maupun kasar, memilki etos
kerja dan bisa hidup hemat
Begitu juga dengan kesejahteraan guru
bagaimana mestinya ekonomi dapat menunjang kedupan pendidik sebaik mungkin, agar
tidak ada lagi guru-guru yang tingkat kehidupannya sulit dalam bidang ekonomi,
sehingga akan berdampak baik dalam proses pembelajaran terhadapa siswa, karena
jika tidak maka guru tidak hanya terfokus pada proses pembelajaran terhadap
siswa tetapi juga memikirkan pekerjaannya di luar jam mengajar, sehingga akan
mengganggu konsentrasi guru dalam mendidik siswanya.
Daftar Pustaka
Kadir, A.,
dkk. (2012). Dasar-dasar pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Budiningsih,
C. A. (2004). Belajar dan pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
Soetjipto.,
dan Raflis Kosasi. (1994). Profesi
Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Pidarta,
M. (2009). Landasan kependidikan.
Jakarta: Rineka Cipta
Soetopo., dan Yulie Sudartati. (2009). Bekal Menjadi
Guru Profesional. Surakarta: Depdikbud
0 komentar:
Posting Komentar