Selasa, 04 Maret 2014

Belajar Berpikir Secara Induktif

Diposting oleh Unknown di 19.24


PENDAHULUAN 
       Belajar berpikir induktif sebenarnya merupakan bawaan sejak lahir dan keberadaannya sudah absah. Ia hadir sebagai suatu kerja revolusioner, mengingat sekolah-sekolah saat initelah memutuskan untuk mengajar dalam corak yang tidak abash dan acap merongrong kapasitas bawaan sejak lahir (Taba pada sekelompok orang dalam Memorial Lincoln, 1966).
       John Locke berpendapat bahwa pikiran manusia tidak dibawa sejak lahir akan tetapi pikiran manusia seperti layaknya kertas putih yang siap ditulis dengan pengetahuan melalui pengalaman inderawi yang dikenal dengan tabularasa dan pikiran kita yang disebut ide berasal dari pengamatan atau refleksi. Artinya Locke beranggapan bahwa berpikir deduktif lebih rendah kedudukannya dari pengalaman inderawi.
       Francis Bacon pada awal abad ke-17, beranggapan bahwa untuk mendapatkan kebenaran maka akal berawal pada pengamatan inderawi yang khusus lalu berkembang kepada kesimpulan umum. Pemikirannya tersebut melahirkan metode berpikir induksi. Penalaran induktif berawal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada kesimpulan yang bersifat umum.
       Dalam berpikir induksi, kesimpulan tidak memiliki nilai kebenaran yang pasti, kesimpulannya merupakan peluang kebenaran. Menurut Chalmer (1983), agar kesimpulan dianggap benar dan sah oleh induktivis maka harus memenuhi kondisi sebagai berikut : semakin besar jumlah observasi yang membentuk dasar induksi, maka semakin besar pula variasi kondisi dimana observasi dilakukan, dan keterangan observasi yang sudah diterima tidak boleh bertentangan dengan hukum universal yang menjadi simpulannya. Namun kebenaran ilmu akan mundur menuju kearah probabilitas (Chalmers, 1983). Artinya kebenaran pada pola induksi adalah selalu dalam kemungkinan.
       Dalam makalah ini akan dibahas tentang Belajar Berpikir Secara Induktif, bagaimana struktur pengajarannya, pemikiran-pemikiran tentang perancangan lingkungan pembelajaran, penerapan dan tip-tip mengajar secar induktif.

PEMBAHASAN 
Struktur (Syntax) Pengajaran
       Konsep yang disebut sebagai sintak mengambarkan struktur suatu model elemen-elemen atau tahap-tahap yang paling penting. Model induktif memiliki struktur pemutaran yang berkembang setiap waktu, penelitian induktif hampir tidak pernah singkat. Esensi proses induktif adalah pengumpulan dan penyaringan informasi tanpa henti; pembangunan gagasan; khususnya kategori-kategori, yang menyediakan kontrol konseptual atas daerah-daerah informasi; penciptaan hipotesis untuk dieksplorasi dalam upaya memahami hubungan-hubungan yang lebih baik atau menyediakan solusi untuk berbagai masalah; dan perubahan pengetahuan menjadi ketarampilan yang memiliki aplikasi praktis.
       Tahap-tahap model induktif meliputi:
1. Mengidentifikasi dan menghitung data yang relevan dengan topik atau masalah.
2. Mengelompokkan objek-objek menjadi kategori-kategori yang anggota-anggotanya memiliki sifat umum.
3. Menafsirkan data dan mengembangkan label untuk kategori-kategori tadi sehingga data tersebut bias dimanipulasi secara simbolis.
4. Megubah kategori-kategori menjadi keterampilan atau hipotesis-hipotesis.
       Untuk melibatkan siswa dalam aktivitas induktif, Taba (1966, 1967) membuat gerakan-gerakan  pengajaran bentuk tugas-tugas yang diberikan pada siswa, contohnya dengan menyuruh siswa melihat data tentang pendapatan per kapita dan pertumbuhan populasi di 12 negara dari setiap benua di dunia akan mendorong mereka untuk membuat file data dan kemudian mengelompokkan hal-hal yang telah mereka daftarkan. Dengan menyuruh siswa untuk mengkorelasikan pendapatan dan pertumbuhan akan menuntun penafsiran yang lebih jauh dan pengembangan hipotesis-hipotesis (mereka akan menemukan bahwa ada korelasi terbalik antara pendapatan per kapita dengan pertumbuhan populasi). Perkembangan skill akan muncul ketika siswa dapat membuat prediksi-prediksi tentang pertumbuhan populasi di suatu negara berdasarkan pada data pendapatan per kapita.
        Guru terus menggerakkan model tersebut dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan untuk membimbing siswa dari tahap kegiatan saru ke tahapa kegiatan selanjutnya pada saat yang tepat. Untuk melatih siswa agar merespon model tersebut, maka disarankan pada para guru untuk memulainya dengan membimbing siswa melalui aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada seperangkat data yang telah disajikan untuk mereka dan dalam pelajaran-pelajaran berikutnya, guru tersebut dapat melatih siswa bagaimana membuat dan mengolah seperangkat data tersebut.
a.  T Tahap Pengumpulan dan Penyajian Dat
       Penerapan model induktif melibatkan pengolahan dan pengumpulan data secara terpisah dan pengolahan kembali untuk mencari gagasan-gagasan. Dalam hal ini pengumpulan data muncul lebih dulu, tetapi data baru bisa ditambah dan dibuang  saat penelitian berlangsung (melatih siswa dimulai dengan tahap pengumpulan data).
b.     Tahap Pengujian dan Penghitungan Data
       Data perlu diuji dengan teliti dan perlu diberi label sehingga dapat diidentifikasi saat siswa memindahkan data-data. Objek-objek dalam data itu juga perlu dikaji dengan hati-hati sehingga sifat-sifatnya bisa dirasakan dan dilihat dengan lebih jelas karena jika tidak maka penelitian kan menjadi dangkal dan tidak berbobot.
c.      Tahap Klasifikasi Pertama
       Untuk benar-benar produktif maka harus mengkalsifikasi hal-hal yang paling inti dalam sebuah data beberapa kali (mengumpulkan atau menguji data lagi dan lagi terus seperti itu).
d.       Tahap Klasifikasi Lanjutan
       Saat menggali kembali data, kita berarti tengah mengklasifikasi kembali, memperhalus, atau meruntuhkan kategori-kategori dan bereksperimentasi dengan dua atau tiga skema; kategori-kategori muncul dan dibagi. Secara bertahap, kita mengontrol data kita. Terkadang kita bergantian melakukan klasifikasi dan pencarian data kembali.
e.      Tahap Membangun Hipotesis dan Meningkatkan Keterampilan
       Membangun keterampilan dari kategori-kategori menuntut kita untuk belajar tentang apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan kategori tersebut. Misalnya ketika kita mengklasifikasikan sketsa-sketsa karakter yang tergambar dalam sebuah novel atau cerpen, kita akan menemukan cara-cara pengarang mengenalkan karakter. Jika kita terus menjaga kategori-kategori, kita dapat memerah hipotsesis-hipotesis dari kategori tersebut dan mengubahnya menjadi keterampilan yang berguna.

Pemikiran-Pemikiran tentang Perancangan Lingkungan Pembelajaran
       Taba dapat disebut sebagai orang pertama yang mempopulerkan istilah strategi pengajaran dan membentuk model induktif sehingga strategi dan model tersebut bisa digunakan dengan mudah untuk merancang kurikulum dan pelajaran.
a.  Sistem Sosial
       Dalam model ini, atmosfer kelas bersifat kooperatif. Saat guru mulai dianggap sebagai inisiator tahap-tahap pengajaran dan penentu rangkaian aktivitas pembelajaran maka dia harus bertanggung jawab melakukan kontrol pada siswa dengan cara kooperatif. Namun demikian, karena siswa belajar strategi-strategi tersebut, mereka tentu akan berasumsi bahwa dirinyalah pengontrol pengontrol yang lebih hebat.
b. Peran/Tugas Guru
       Taba memberikan pedoman pada guru dalam memberikan tanggapan dan respons di setiap tahap pengajaran. Ketika menggunakan tugas-tugas kognitif dalam setiap strategi pengajaran, guru harus yakin bahwa tugas-tugas kognitif tersebut muncul dengan instruksi yang optimal dan juga pada saat yang tepat. Mengatur tugas-tugas mengharuskan guru mengkaji seperangkat data secara utuh sebelum melakukan kategorisasi, lalu dilanjutkan dengan mencari hubungan-hubungan. Tugas mental utama guru dalam cara kerja strategi-strategi ini adalah memonitor bagaimana siswa memproses informasi dan kemudian mengajukan pertanyaan-perntanyaan yang relevan. Tugas penting bagi guru adalah merasakan kesiapan siswa untuk menjalani pengalaman-pengalaman dan kativitas-aktivitas kognitif yang baru dengan cara mengasimilasikan dan menggunakan pengalaman-pengalaman ini.
c.  Sistem Pendukung
       Model ini diterapkan dalam berbagai bidang kurikulum yang didalamnya ada banyak data mentah  yang perlu diolah. Contoh dalam mengkaji aspek-aspek ekonomi berbagai negara, siswa memerlukan jumlah data ekonomi yang banyak tentang negara-negara tersebut dan statistik-statistik tentang berbagai peristiwa dunia. Kemudian, tugas guru adalah membantu mereka memproses data tersebut dengan cara yang lebih kompleks, dan pada waktu bersamaan, membantu mereka meningkatkan kapasitas umum sistem-sistem pendukung seperti diatas saat memproses data.

Penerapan   
       Penerapan utama dari model ini adalah mengembangkan kapasitas berpikir. Siswa perlu dituntut untuk mencerna dan memproses berbagai informasi. Model ini dapat diterapkan dalam setiap bidang kurikulum dari TK hingga sekolah tinggi. Menginduksi siswa untuk melampaui data yang diberikan merupakan upaya sadar untuk meningkatkan pola berpikir produktif dan kreatif. Proses-proses induktif kemudian meliputi pemrosesan informasi secara kreatif, seperti penggunaan informasi secara konvergen untuk memecahkan masalah.
       Model pembentukkan konsep dapat diterapkan pada seluruh siswa di segala umur, dari taman kanak-kanak hingga sekolah pasca. Dalam model ini, siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya dengan teliti, mengolahnya menjadi konsep-konsep, dan belajar memainkan konsep-konsep tersebut. Diterpkan secara berkala, strategi ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membentuk konsep-konsep secara efisien dan kemampuan untuk menggunakan perspektif yang berbeda, dari sudut pandang mana mereka memandang suatu informasi.

Tip-Tip Mengajar secara Induktif
       Ada banyak tip dalam mengajar secara induktif yang disediakan oleh Bruce Joyce untuk sekelompok guru pada beberapa tahun yang lalu:
a.  Praktik, prakti dan praktik, keresahan hanya akan mengurangi praktik, maka bangun komunitas dengan model tersebut.
b. Amati dan kaji bagaimana siswa berpikir, proses memberikan kita sedikit ruang untuk masuk ke dalam pikiran mereka. Semakin baik kita menangani pikiran mereka, semakin banyak yang dapat kita sesuaikan dengan apa yang kita kerjakan.
c.  Cobalah untuk terus membantu siswa belajar bagaiman cara belajar, meminta mereka membuat pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban-jawabannya sendiri.
d.    Proses induktif membawa anak-anak untuk mengksplorasi suatu bidang materi sebagai suatu komunitas pembelajar yang berlatih untuk mengusai bidang tersebut.
e.  Kecuali berkonsentrasi pada elemen-elemen fonetik dan kosa kata yang baru dipelajari, kata-kata seharusnya disajikan dalam kalimat-kalimat yang menyediakan  isyarat konteks  dan jenis aktivitas dekat yang dibawa untuk meyakinkan bahwa ada makna/arti yang dibangun.
f.  Gunakan model ini dalam bidang-bidang kurikulum, untuk mengajar bahan/materi.
g. Pastikan seperangkat data memiliki sajian ciri atau sifat, baik untuk pembentukan konsep maupun mencapai konsep.
h. Berhati-hatilah saat anda mengajarkan kalimat lengkap dan tak lengkap, ajarilah subjek dan predikat terlebih dahulu. Kalimat lengkap merupakan ungkapan sederhana yang mengandung subjek dan predikat eksplisit dan implisit.
i.   Membedakan antara fakta dan pendapat mungkin tidak cocok untuk eksplorasi singkat, seperangkat data yang berisi fakta dan pendapat hanya akan bekerja jika siswa sudah benar-benar siap atau mengetahui yang mana fakta dan yang mana pendapat dalam hal initidak ada pembelajaran yang baru. Aktivitas membedakan seperti ini memerlukan kesimpulan/dugaan dari konteks atau yang lebih sering, pembuktian (verifikasi) dari sumber-sumber terpercaya.
j.   Dalam ilmu sains, cobalah fokus pada benda-benda dimana siswa dapat mengumpulkan data mentah.
k. Siswa dapat membuat atau mendapat kategori-kategori yang berciri ganda.
l.   Dalam mengajarkan konsep-konsep seperti adverb, adjektif, frasa, klausa, anda harus ingat bahwa di setiap konsep itu terdapat banyak subkategori.
m. Mempelajari ciri-ciri sesuatu, seperti karakter dalam cerita, dapat menjadi inisiatif masalah yang menarik.
n. Kembali pada karakteristik-karakteristik.
o. Pertimbangkanlah jika anda ingin menyajikan objek dengan tatanan yang cukup rumit pada awal mula pengajaran.

Dampak-Dampak Instruksional dan Pengiring
       Model pembelajaran dan pengajaran induktif dirancang untuk melatih siswa membuat konsep dan sekaligus untuk mengajarkan konsep-konsep dan cara penerapannya (generalisasi) pada mereka. Model ini mengajar minat siswa pada logika, minat pada bahasa dan arti kata-kata, dan minat pada sifat pengetahuan.
       Model ini terkadang dianggap hanya cocok untuk orang dewasa. Padahal, sebenarnya tidak. Siswa-siswa di seluruh tingkatan umur dapat memproses informasi dengan kaya. Walaupun materi pendidikan perlu diperkaya dengan pengalaman konkret, anak-anak kecil sebenarnya bisa belajar berpikir dengan baik. Begitu juga, model-model instruksional yang berorientasi pada penelitian telah berbalik menjadi obat pendidikan terbaik bagi siswa-siswa yang memang lamban dan memiliki sejarah belajar yang sangat buruk.
       Pola berpikir yang baik selalu mengombinasikan dua hal , yaitu disiplin dan fleksibilitas. Jika kita membantu siswa menjadi pemikir yang hebat dan fleksibel, kita harus menguasai paradox-paradoks dan membuat lingkungan-lingkungan yang menawarkan tantangan dan dukungan kuat tanpa perlu memaksakan kemampuan siswa.  
  
PENUTUP
Kesimpulan
       Model induktif relative memiliki sintak/struktur yang jelas, yaitu peran-peran guru sesuai dengan tahap-tahap yang telah ada, sistem sosial yang berpusat pada guru secara kooperatif, dan sistem dukungan yang mengharuskan sumber-sumber data mentah yang belum digolongkan. Relevansi ini sebenarnya cukup erat dan guru seharusnya sudah berancang-ancang utnuk membuat suatu repertoar tentang strategi-strategi induktif dasar sebagai perangkat pengajarannya.
       Model induktif begitu mudah disusun. Model ini bersifat kooperatif, tetapi guru tetap menjadi inisiator dan pengawas semua kegiatan. Peran guru menyesuaikan tugas-tugas dengan tingkat aktivitas kognitif siswa, menentukan kesiapan siswa. Siswa memerlukan data mentah untuk dioalah dan dianalisis.
       Model berpikir induktif dirancang untuk melatih siswa dalam membentuk konsep, dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Model ini juga membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA                  

Joice, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of teaching (8th ed). Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc.



 


0 komentar:

Posting Komentar

 

Andhina Zubir Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea