PENDAHULUAN
Belajar berpikir induktif sebenarnya
merupakan bawaan sejak lahir dan keberadaannya sudah absah. Ia hadir sebagai
suatu kerja revolusioner, mengingat sekolah-sekolah saat initelah memutuskan
untuk mengajar dalam corak yang tidak abash dan acap merongrong kapasitas
bawaan sejak lahir (Taba pada sekelompok orang dalam Memorial Lincoln, 1966).
John Locke berpendapat bahwa pikiran manusia tidak dibawa
sejak lahir akan tetapi pikiran manusia seperti layaknya kertas putih yang siap
ditulis dengan pengetahuan melalui pengalaman inderawi yang dikenal dengan
tabularasa dan pikiran kita yang disebut ide berasal dari pengamatan atau
refleksi. Artinya Locke beranggapan bahwa berpikir deduktif lebih rendah
kedudukannya dari pengalaman inderawi.
Francis Bacon pada awal abad ke-17, beranggapan bahwa untuk
mendapatkan kebenaran maka akal berawal pada pengamatan inderawi yang khusus
lalu berkembang kepada kesimpulan umum. Pemikirannya tersebut melahirkan metode
berpikir induksi. Penalaran induktif berawal dari peristiwa khusus sebagai
hasil pengamatan empirik dan berakhir pada kesimpulan yang bersifat umum.
Dalam berpikir induksi, kesimpulan tidak
memiliki nilai kebenaran yang pasti, kesimpulannya merupakan peluang kebenaran.
Menurut Chalmer (1983), agar kesimpulan dianggap benar dan sah oleh induktivis maka
harus memenuhi kondisi sebagai berikut : semakin besar jumlah observasi yang
membentuk dasar induksi, maka semakin besar pula variasi kondisi dimana
observasi dilakukan, dan keterangan observasi yang sudah diterima tidak boleh
bertentangan dengan hukum universal yang menjadi simpulannya. Namun kebenaran
ilmu akan mundur menuju kearah probabilitas (Chalmers, 1983). Artinya kebenaran
pada pola induksi adalah selalu dalam kemungkinan.
Dalam
makalah ini akan dibahas tentang Belajar Berpikir Secara Induktif, bagaimana
struktur pengajarannya, pemikiran-pemikiran tentang perancangan lingkungan
pembelajaran, penerapan dan tip-tip mengajar secar induktif.
PEMBAHASAN
Struktur
(Syntax) Pengajaran
Konsep yang disebut sebagai sintak
mengambarkan struktur suatu model elemen-elemen atau tahap-tahap yang paling
penting. Model induktif memiliki struktur pemutaran yang berkembang setiap
waktu, penelitian induktif hampir tidak pernah singkat. Esensi proses induktif
adalah pengumpulan dan penyaringan informasi tanpa henti; pembangunan gagasan;
khususnya kategori-kategori, yang menyediakan kontrol konseptual atas
daerah-daerah informasi; penciptaan hipotesis untuk dieksplorasi dalam upaya
memahami hubungan-hubungan yang lebih baik atau menyediakan solusi untuk
berbagai masalah; dan perubahan pengetahuan menjadi ketarampilan yang memiliki
aplikasi praktis.
Tahap-tahap model induktif meliputi:
1. Mengidentifikasi dan menghitung
data yang relevan dengan topik atau masalah.
2.
Mengelompokkan objek-objek menjadi kategori-kategori yang
anggota-anggotanya memiliki sifat umum.
3. Menafsirkan data dan mengembangkan
label untuk kategori-kategori tadi sehingga data tersebut bias dimanipulasi
secara simbolis.
4. Megubah kategori-kategori menjadi
keterampilan atau hipotesis-hipotesis.
Untuk melibatkan siswa dalam aktivitas
induktif, Taba (1966, 1967) membuat gerakan-gerakan pengajaran bentuk tugas-tugas yang diberikan
pada siswa, contohnya dengan menyuruh siswa melihat data tentang pendapatan per
kapita dan pertumbuhan populasi di 12 negara dari setiap benua di dunia akan
mendorong mereka untuk membuat file data dan kemudian mengelompokkan hal-hal
yang telah mereka daftarkan. Dengan menyuruh siswa untuk mengkorelasikan
pendapatan dan pertumbuhan akan menuntun penafsiran yang lebih jauh dan
pengembangan hipotesis-hipotesis (mereka akan menemukan bahwa ada korelasi
terbalik antara pendapatan per kapita dengan pertumbuhan populasi).
Perkembangan skill akan muncul ketika siswa dapat membuat prediksi-prediksi
tentang pertumbuhan populasi di suatu negara berdasarkan pada data pendapatan
per kapita.
Guru terus menggerakkan model tersebut
dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan untuk membimbing siswa dari tahap
kegiatan saru ke tahapa kegiatan selanjutnya pada saat yang tepat. Untuk
melatih siswa agar merespon model tersebut, maka disarankan pada para guru
untuk memulainya dengan membimbing siswa melalui aktivitas-aktivitas yang
didasarkan pada seperangkat data yang telah disajikan untuk mereka dan dalam
pelajaran-pelajaran berikutnya, guru tersebut dapat melatih siswa bagaimana
membuat dan mengolah seperangkat data tersebut.
a. T Tahap Pengumpulan dan Penyajian Dat
Penerapan model induktif melibatkan
pengolahan dan pengumpulan data secara terpisah dan pengolahan kembali untuk
mencari gagasan-gagasan. Dalam hal ini pengumpulan data muncul lebih dulu,
tetapi data baru bisa ditambah dan dibuang saat penelitian berlangsung (melatih siswa
dimulai dengan tahap pengumpulan data).
b. Tahap Pengujian dan Penghitungan
Data
Data perlu diuji dengan teliti dan perlu
diberi label sehingga dapat diidentifikasi saat siswa memindahkan data-data.
Objek-objek dalam data itu juga perlu dikaji dengan hati-hati sehingga
sifat-sifatnya bisa dirasakan dan dilihat dengan lebih jelas karena jika tidak
maka penelitian kan menjadi dangkal dan tidak berbobot.
c. Tahap Klasifikasi Pertama
Untuk benar-benar produktif maka harus
mengkalsifikasi hal-hal yang paling inti dalam sebuah data beberapa kali
(mengumpulkan atau menguji data lagi dan lagi terus seperti itu).
d. Tahap Klasifikasi Lanjutan
Saat menggali kembali data, kita berarti
tengah mengklasifikasi kembali, memperhalus, atau meruntuhkan kategori-kategori
dan bereksperimentasi dengan dua atau tiga skema; kategori-kategori muncul dan
dibagi. Secara bertahap, kita mengontrol data kita. Terkadang kita bergantian
melakukan klasifikasi dan pencarian data kembali.
e. Tahap Membangun Hipotesis dan Meningkatkan
Keterampilan
Membangun keterampilan dari
kategori-kategori menuntut kita untuk belajar tentang apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan kategori tersebut. Misalnya
ketika kita mengklasifikasikan sketsa-sketsa karakter yang tergambar dalam
sebuah novel atau cerpen, kita akan menemukan cara-cara pengarang mengenalkan
karakter. Jika kita terus menjaga kategori-kategori, kita dapat memerah
hipotsesis-hipotesis dari kategori tersebut dan mengubahnya menjadi
keterampilan yang berguna.
Pemikiran-Pemikiran
tentang Perancangan Lingkungan Pembelajaran
Taba dapat disebut sebagai orang pertama yang mempopulerkan
istilah strategi pengajaran dan membentuk model induktif sehingga strategi dan
model tersebut bisa digunakan dengan mudah untuk merancang kurikulum dan
pelajaran.
a. Sistem Sosial
Dalam model ini, atmosfer kelas bersifat
kooperatif. Saat guru mulai dianggap sebagai inisiator tahap-tahap pengajaran
dan penentu rangkaian aktivitas pembelajaran maka dia harus bertanggung jawab
melakukan kontrol pada siswa dengan cara kooperatif. Namun demikian, karena
siswa belajar strategi-strategi tersebut, mereka tentu akan berasumsi bahwa
dirinyalah pengontrol pengontrol yang lebih hebat.
b. Peran/Tugas Guru
Taba memberikan pedoman pada guru dalam
memberikan tanggapan dan respons di setiap tahap pengajaran. Ketika menggunakan
tugas-tugas kognitif dalam setiap strategi pengajaran, guru harus yakin bahwa
tugas-tugas kognitif tersebut muncul dengan instruksi yang optimal dan juga
pada saat yang tepat. Mengatur tugas-tugas mengharuskan guru mengkaji
seperangkat data secara utuh sebelum melakukan kategorisasi, lalu dilanjutkan
dengan mencari hubungan-hubungan. Tugas mental utama guru dalam cara kerja
strategi-strategi ini adalah memonitor bagaimana siswa memproses informasi dan
kemudian mengajukan pertanyaan-perntanyaan yang relevan. Tugas penting bagi
guru adalah merasakan kesiapan siswa untuk menjalani pengalaman-pengalaman dan
kativitas-aktivitas kognitif yang baru dengan cara mengasimilasikan dan
menggunakan pengalaman-pengalaman ini.
c. Sistem Pendukung
Model ini diterapkan dalam berbagai
bidang kurikulum yang didalamnya ada banyak data mentah yang perlu diolah. Contoh dalam mengkaji
aspek-aspek ekonomi berbagai negara, siswa memerlukan jumlah data ekonomi yang
banyak tentang negara-negara tersebut dan statistik-statistik tentang berbagai
peristiwa dunia. Kemudian, tugas guru adalah membantu mereka memproses data
tersebut dengan cara yang lebih kompleks, dan pada waktu bersamaan, membantu
mereka meningkatkan kapasitas umum sistem-sistem pendukung seperti diatas saat
memproses data.
Penerapan
Penerapan utama dari
model ini adalah mengembangkan kapasitas berpikir. Siswa perlu dituntut untuk
mencerna dan memproses berbagai informasi. Model ini dapat diterapkan dalam
setiap bidang kurikulum dari TK hingga sekolah tinggi. Menginduksi siswa untuk
melampaui data yang diberikan merupakan upaya sadar untuk meningkatkan pola
berpikir produktif dan kreatif. Proses-proses induktif kemudian meliputi
pemrosesan informasi secara kreatif, seperti penggunaan informasi secara
konvergen untuk memecahkan masalah.
Model pembentukkan konsep dapat
diterapkan pada seluruh siswa di segala umur, dari taman kanak-kanak hingga
sekolah pasca. Dalam model ini, siswa mengumpulkan informasi dan mengujinya
dengan teliti, mengolahnya menjadi konsep-konsep, dan belajar memainkan
konsep-konsep tersebut. Diterpkan secara berkala, strategi ini dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk membentuk konsep-konsep secara efisien dan
kemampuan untuk menggunakan perspektif yang berbeda, dari sudut pandang mana
mereka memandang suatu informasi.
Tip-Tip
Mengajar secara Induktif
Ada banyak tip dalam
mengajar secara induktif yang disediakan oleh Bruce Joyce untuk sekelompok guru
pada beberapa tahun yang lalu:
a.
Praktik, prakti dan praktik, keresahan hanya
akan mengurangi praktik, maka bangun komunitas dengan model tersebut.
b. Amati dan kaji bagaimana siswa
berpikir, proses memberikan kita sedikit ruang untuk masuk ke dalam pikiran
mereka. Semakin baik kita menangani pikiran mereka, semakin banyak yang dapat
kita sesuaikan dengan apa yang kita kerjakan.
c.
Cobalah untuk terus membantu siswa belajar
bagaiman cara belajar, meminta mereka membuat pertanyaan-pertanyaan dan mencari
jawaban-jawabannya sendiri.
d.
Proses induktif membawa anak-anak untuk
mengksplorasi suatu bidang materi sebagai suatu komunitas pembelajar yang
berlatih untuk mengusai bidang tersebut.
e.
Kecuali berkonsentrasi pada elemen-elemen
fonetik dan kosa kata yang baru dipelajari, kata-kata seharusnya disajikan
dalam kalimat-kalimat yang menyediakan
isyarat konteks dan jenis
aktivitas dekat yang dibawa untuk meyakinkan bahwa ada makna/arti yang
dibangun.
f.
Gunakan model ini dalam bidang-bidang
kurikulum, untuk mengajar bahan/materi.
g. Pastikan seperangkat data memiliki
sajian ciri atau sifat, baik untuk pembentukan konsep maupun mencapai konsep.
h. Berhati-hatilah saat anda
mengajarkan kalimat lengkap dan tak lengkap, ajarilah subjek dan predikat
terlebih dahulu. Kalimat lengkap merupakan ungkapan sederhana yang mengandung
subjek dan predikat eksplisit dan implisit.
i.
Membedakan antara fakta dan pendapat mungkin
tidak cocok untuk eksplorasi singkat, seperangkat data yang berisi fakta dan
pendapat hanya akan bekerja jika siswa sudah benar-benar siap atau mengetahui
yang mana fakta dan yang mana pendapat dalam hal initidak ada pembelajaran yang
baru. Aktivitas membedakan seperti ini memerlukan kesimpulan/dugaan dari
konteks atau yang lebih sering, pembuktian (verifikasi) dari sumber-sumber
terpercaya.
j.
Dalam ilmu sains, cobalah fokus pada
benda-benda dimana siswa dapat mengumpulkan data mentah.
k. Siswa dapat membuat atau mendapat
kategori-kategori yang berciri ganda.
l.
Dalam mengajarkan konsep-konsep seperti
adverb, adjektif, frasa, klausa, anda harus ingat bahwa di setiap konsep itu
terdapat banyak subkategori.
m.
Mempelajari
ciri-ciri sesuatu, seperti karakter dalam cerita, dapat menjadi inisiatif
masalah yang menarik.
n. Kembali pada
karakteristik-karakteristik.
o. Pertimbangkanlah jika anda ingin
menyajikan objek dengan tatanan yang cukup rumit pada awal mula pengajaran.
Dampak-Dampak
Instruksional dan Pengiring
Model pembelajaran dan pengajaran induktif dirancang untuk
melatih siswa membuat konsep dan sekaligus untuk mengajarkan konsep-konsep dan
cara penerapannya (generalisasi) pada mereka. Model ini mengajar minat siswa
pada logika, minat pada bahasa dan arti kata-kata, dan minat pada sifat
pengetahuan.
Model ini terkadang dianggap hanya cocok
untuk orang dewasa. Padahal, sebenarnya tidak. Siswa-siswa di seluruh tingkatan
umur dapat memproses informasi dengan kaya. Walaupun materi pendidikan perlu
diperkaya dengan pengalaman konkret, anak-anak kecil sebenarnya bisa belajar
berpikir dengan baik. Begitu juga, model-model instruksional yang berorientasi
pada penelitian telah berbalik menjadi obat pendidikan terbaik bagi siswa-siswa
yang memang lamban dan memiliki sejarah belajar yang sangat buruk.
Pola berpikir yang baik selalu
mengombinasikan dua hal , yaitu disiplin dan fleksibilitas. Jika kita membantu
siswa menjadi pemikir yang hebat dan fleksibel, kita harus menguasai
paradox-paradoks dan membuat lingkungan-lingkungan yang menawarkan tantangan
dan dukungan kuat tanpa perlu memaksakan kemampuan siswa.
PENUTUP
Kesimpulan
Model induktif relative memiliki sintak/struktur yang jelas, yaitu
peran-peran guru sesuai dengan tahap-tahap yang telah ada, sistem sosial yang
berpusat pada guru secara kooperatif, dan sistem dukungan yang mengharuskan
sumber-sumber data mentah yang belum digolongkan. Relevansi ini sebenarnya
cukup erat dan guru seharusnya sudah berancang-ancang utnuk membuat suatu
repertoar tentang strategi-strategi induktif dasar sebagai perangkat
pengajarannya.
Model induktif begitu mudah disusun. Model ini bersifat kooperatif,
tetapi guru tetap menjadi inisiator dan pengawas semua kegiatan. Peran guru
menyesuaikan tugas-tugas dengan tingkat aktivitas kognitif siswa, menentukan
kesiapan siswa. Siswa memerlukan data mentah untuk dioalah dan dianalisis.
Model berpikir induktif dirancang untuk melatih siswa dalam membentuk
konsep, dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Model ini juga membentuk
perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat
pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Joice, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of teaching (8th ed).
Upper Saddle River, NJ: Pearson Education, Inc.
0 komentar:
Posting Komentar